Sabtu pekan lalu (05/04), Capres PDIP yang belum genap dua tahun menjabat Gubernur DKI Jakarta, Jokowi melakukan kampanye di Papua. Dalam kampanyenya, Jokowi menyoroti tiga persoalan yang ada di bumi cendrawasih tersebut; pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Menurut Jokowi, untuk mengatasi ketiga persoalan itu tidak bisa hanya dengan janji – janji.
Lantas apa solusi yang ditawarkan oleh capres yang cuma bermodalkan popularitas tersebut untuk Papua? Tidak ada. Sebenarnya tidak terlalu mengherankan karena sejak mendeklrasikan diri bulan lalu, sampai saat ini Jokowi tidak memiliki konsep dan program apapun untuk membangun Indonesia.
Jokowi ini seperti menampar dirinya sendiri ketika mengatakan bahwa persoalan di Papua tidak bisa diselesaikan hanya dengan janji – janji. Apa yang diungkapkannya ini sama persis dengan kampanyenya dalam Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu. Faktanya saat ini, Jokowi hanya mengumbar dan meninggalkan janji. Jakarta baru tidak lebih dari sekedar melanjutkan program kerja yang telah dibangun oleh Gubernur sebelumnya.
Hanya melanjutkan pembangunan yang telah dirintis oleh pendahulunya saja Jokowi tidak mampu; macet tidak pernah teratasi, banjir juga demikian, pungli pendidikan dan kesehatan dimana – dimana dan banyak lagi. Harusnya Jokowi belajar dulu bagaimana menjadi pemimpin amanah untuk tingkat Provinsi,baru kemudian mencalonkan diri untuk tanggung jawab yang lebih besar.
Dalam kampanyenya di Papua itu, Jokowi juga menyinggung kekayaan alam Papua yang saat ini dikuasai oleh asing. Semuanya juga tahu bahwa Amerika yang berkuasa atas kekayaan alam disana dan membangun negeranya dengan uang yang digali dari tanah Papua yaitu Freeport, tetapi rakyat Papua justru ibarat perumpaan “tikus mati di lumbung padi” . Apa solusi Jokowi untuk mengembalikan kekayaan tersebut kepada rakyat Papua? Tidak ada.
Beranikah Jokowi mengatakan akan mengusir Amerika atau pihak asing lain yang dimaksudnya dari bumi cendrawasih tersebut? Saya berani bertaruh tidak. Logikanya sederhana, Jokowi selama ini didanai dan bekerja untuk pihak asing. Menjadi boneka Cina dan Amerika.