Sepuluh hari pertama di bulan Ramadhan dianggap sebagai periode penuh rahmat dan berkah. Selama periode ini, umat Muslim disarankan untuk memperbanyak amalan dan beribadah, seperti membaca Al-Qur'an, berdoa, dan bersedekah.
Sedangkan untuk sepuluh hari ke-2, dianggap sebagai periode pengampunan, dimana umat Muslim dianjurkan untuk memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Selama periode ini, umat Muslim diharapkan untuk introspeksi diri dan berusaha memperbaiki perilaku.
Sementara itu, sepuluh hari ke-3 dianggap sebagai periode penuh pembebasan dari api neraka. Pada periode ini, umat Muslim disarankan untuk memperbanyak amalan dan beribadah, serta menghindari perbuatan yang dilarang oleh agama.
Selama sepuluh hari ini, umat Muslim diharapkan untuk memperkuat iman dan taqwa mereka, sehingga bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Dengan demikian, keseluruhan periode 30 hari di bulan Ramadhan merupakan kesempatan yang berharga bagi umat Muslim untuk memperbaiki diri dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
Kita sering melihat kebiasaan yang muncul di masyarakat saat menyambut Ramadhan. Di mana deru semangat menyambut Ramadhan biasanya begitu membara. Bak pasukan mau perang. Segenap masyarakat mengadakan kerja bakti membersihkan masjid, mushola bahkan surau. Tidak hanya di kota, desa bahkan di kampung-kampung begitu antusias menyambut datangnya Ramadan.
Seperti biasa setiap awal Ramadhan, hampir semua masjid atau mushola penuh oleh jama'ah. Saat shalat tarawih tidak hanya bapak bapak dan ibu-ibu, namun anak-anak juga ikut meramaikan masjid. Tentunya ini sangat bagus sebagai wujud syiar agama kita. Apalagi bila kita jaga tidak hanya di awal Ramadhan saja.
Kenapa menjaga istiqamah di masjid perlu kita jaga. Terlebih untuk kaum laki-laki yang seharusnya menghidupkan tempat ibadah dalam kegiatan keagamaan. Namun fenomena yang sering ada di masyarakat, shaf jama'ah shalat isya dan tarawih biasanya mengalami kemunduran. Bisa jadi awal Ramadhan shaf jama'ah membludak sampai di luar teras masjid. Namun di pertemgahan Ramadhan hanya tinggal beberapa shaf.
Mungkin kita perlu mengevaluasi diri, kenapa hampir selalu seperti ini. Dalam pengamatan saya sendiri, semua itu karena masyarakat sudah mulai sibuk dengan kegiatan mereka. Misal kumpul dengan teman-teman atau kerabat untuk acara buka bersama. Keasyikan bincang-bincang sambil buka bersama menjadikan sebagian masyarakat lalai shalat isya' dan tarawih di masjid atau mushola.
Atau bisa juga mereka sudah mulai sibuk mempersiapkan beli-beli baju lebaran. Juga sebagian ibu-ibu yang sudah sibuk mempersiapkan belanja kue lebaran. Atau sebagian masyarakat yang memang terpaksa mengatur mudik lebaran di awal karena beberapa pertimbangan.
Rasanya sudah bukan hal yang baru, ketika anak-anak mulai sibuk dengan kembang api dan petasan. Para remaja sibuk dengan acara kumpul komunitas dan bukber. Para orang tua sibuk belanja pakaian lebaran. Para ibu sibuk dengan makanan dan kue lebarannya. Sehingga sebagian dari kita terlupa dengan nikmatnya ibadah sambil menanti Lailatul Qadr di sepuluh hari terakhir.
Kini saatnya kita perlu merenungkan kembali, besarnya pahala di bulan Ramadhan. Bulan yang lebih indah dari seribu bulan ini harus jadi momen berharga untuk meraih pahala, mengharap ampunan dan menanti Lailatul Qadr dengan mengharap ridho Illahi.
Inilah keimanan setiap insan diuji. Ada yang kuat ada yang lemah. Ada yang berhasil ada yang tidak sama sekali. Mungkin ada yang sudah mulai bermalas-malasan berpuasa. Namun banyak pula yang merasa kehilangan dan sedih karena Ramadhan segera berlalu. Semoga berkurangnya shaf jama'ah di akhir Ramadhan, bukan berarti menurunnya semangat ibadah kita. Tetap semangat beribadah. Bulan Ramadhan boleh meninggalkan kita, namun semangat ibadah selalu meningkat seiring bertambahnya usia. Semoga Allah SWT meridhoi dan menerima amal ibadah kita semua. Aamiin