ada-ada saja cerita pulang kantor malam ini. tak seperti biasa mendung datang tanpa dampingan petir yang menyambar. seketika saja hujan. dari rintik hingga menghujam dari berbagai sudut tanpa kemiringan yang stagnan. yah... perjalanan tadi menjadikanku kuyup dalam larut. dinikmati setiap jatuhannya secara keroyokan dan beriringan dengan kabut. membuat pandangan terasa tak nyaman. dan brug. jatuh. sesaat terkapar. lalu bangkit kemudian.
kaca mata sebagai alat bantu penglihatan tak mau ketinggalan punya cerita sendirian. gagangnya belok tak bisa dilipat sebagaimana mestinya. ampu Tuhan. Pilihan saya hanya dua. Menyerah pada hujan atau menyerahkan hujan pada Tuhan. opsi dua diambil dengan strategi nekat menyetir tanpa kaca mata alat bantu penglihatan. jarak panjang hanya satu hasta. itupun ditambah dengan nyala lampu yang redup dan tampak temaram menuju malam.
selama perjalanan yang diucapkan hanya satu kalimat "Kuserahkan jiwa dan raga pada Yang berhak dan berkewajiban. Dan Dialah Tuhan