Namun, dengan segala kemudahan yang ditawarkan, ada sejumlah pertanyaan penting mengenai dampak jangka panjang media sosial terhadap perkembangan emosi mereka. Apakah platform digital yang penuh dengan berbagai konten, komentar, dan interaksi ini memperkaya kehidupan emosional anak-anak atau justru memberikan dampak negatif, seperti kecemasan, rendah diri, atau perasaan terisolasi? Artikel ini akan mengupas bagaimana media sosial mempengaruhi perkembangan emosional generasi Alpha, melihat sisi positif maupun tantangan yang dihadirkan oleh era digital ini.
Media sosial di era sekarang menawakar dunia maya sebagai tempat berinteraksi, berbagi dan mencari pengakuan. Dengan begitu generasi Alpha memiliki ketergantungan oleh perangkat digital yang menyebabkan mereka fokus terhadap gadgetnya dan menjadikan generasi Alpha kurang peduli terhadap lingkungan sekitar mereka. Mereka merasa nyaman dengan gadget mereka karena mendapatkan pengakuan dan pemenuhan ego mereka dari media sosial. Generasi Alpha sering kali merasa perlu untuk mendapatkan pengakuan melalui jumlah "likes" atau "followers" yang mereka miliki, yang bisa membuat mereka merasa dihargai atau bahkan tertekan. Perbandingan sosial ini, yang lebih sering terjadi di platform seperti Instagram, TikTok, atau YouTube yang dapat merusak kepercayaan diri dan menyebabkan isolasi sosial dalam kehidupan nyata.
Paparan yang berlebihan dari dunia maya sering kali menggantikan interaksi secara langsung dan membuat generasi Alpha lebih sering berkomunikasi melalui pesan teks atau berkomentar di media sosial daripada berkomunikasi langsung dengan teman-teman mereka. Hal tersebut dapat mengganggu perkembangan keterampilan sosial yang sehat, seperti empati, komunikasi verbal yang efektif, dan kemampuan membaca ekspresi wajah atau bahasa tubuh orang lain. Ketika media sosial menjadi satu-satunya cara mereka berinteraksi dengan orang lain, hal ini dapat memperburuk perasaan kesepian dan membatasi kemampuan mereka untuk membentuk hubungan emosional yang mendalam.
Tetapi jika penggunaan media sosial masih dalam pengawasan orang tua, maka media sosial memberikan peluang bagi mereka untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka yang berada jauh di luar lingkungan mereka. Dengan platform media sosial yag mereka gunakan mereka dapat berbagi pengalaman dan membentuk hubungan sosial sehingga mereka dapat berempati, berkolaborasi, dan memahami perasaan orang lain. Selain keterampilan sosial mereka juga dapat meningkatkan ekspresi diri dan kreativitas. Mereka dapat belajar melalui konten yang ada di media sosial dan mereka juga dapat membuat konten dari hasil yang sudah mereka dapat sesuai dengan pemikiran, perasaan dan minat mereka. Dengan adanya umpan balik yang positif dari teman-teman atau bahkan  yang lebih luas, mereka akan merasa dihargai atas kreativitas mereka. Hal ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar mereka, tetapi juga memberi mereka cara untuk merasakan kebanggaan atas hasil karya mereka sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kesejahteraan emosional mereka.
Jadi dalam penggunaan media sosial bagi generasi Alpha, dibutuhkan adanya peran orang tua didalamnya. Orang tua harus membimbing dan mengawasi penggunaan media sosial agar media sosial dapat memperkaya kehidupan emosional anak dan menjadi tempat penyaluran kreativitas dan pengekspresian diri anak. Selain itu orang tua juga harus mengajak anak untuk terlibat secara langsung oleh lingkungan sekitar mereka agar mereka lebih peduli dan memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.