Oleh: Syamsul Yakin
(Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Regaina Eka Martasari (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Memerlukan waktu yang tidak sebentar Nabi Saw. menjalankan visi dan misinya untuk berdakwah, banyaknya lika-liku dan rintangan dalam perjalannya, sehingga menghabiskan sekitar 23 tahun. Awal berdakwah selama 13 tahun, beliau habiskan waktunya di Mekah dan akhirnya memutuskan untuk berhijrah, 10 tahun di Madinah. Firman Allah Swt. yang diturunkan untuk menyeru masyarakat Mekah "Yaa Ayyuhan Naas" atau seruan untuk manusia secara umum. Sementara ketika saat di Madinah "Yaa Ayyuhal Ladzina Aamanuu" atau seruan untuk orang beriman secara umum. Tentu saja, ini merupakan bagian dari kiat atau taktik dakwah Nabi Saw. yang mana berpegang teguh pada pedoman yakni al-Qur'an.
Pesan dakwah yang menjadi suatu penentu atau ketetapan adalah mengenai akidah ataupun tauhid. Langkah awal yang Nabi Muhammad Saw. terapkan yaitu mengajak masyarakat Mekah untuk keluar dari sistem ketuhanan  politeisme (menyembah lebih dari satu Tuhan) dan paganisme (menyembah Tuhan berwujud berhala),  menggantinya dengan bab mengenai mengesakan kepada Allah Swt. Maka dari itu, taktik inilah diharapkan menjadi salah satu taktik  sukses yang terbilang jitu. Sebab ibarat sebuah bangunan yang telah berdiri tegak, akidah merupakan umpama dari fondasi untuk menopang. Syariah dapat dilihat seperti halnya dinding dan akhlak laksana genteng.
Usai mengalami berbagai pengusahaan di Mekah, berbeda cerita pula saat di Madinah. Pada saat era ini, pesan dakwah yang diterapkan oleh Nabi Saw. menyangkut akidah, syariah, dan akhlak. Mengingat karna memang fondasi  keimanan masyarakat Madinah sudah terbilang kuat.
Menurut catatan sejarah, perintah beribadah puasa dan zakat turun pada tahun kedua hijriyah. Sementara itu,  umat Islam pertama kali menunaikan rangkaian ibadah haji pada tahun kesembilan hijriyah. Hanya terdapat perintah shalat yang turun pada  tahun kesepuluh Kenabian di Mekah atau  dapat dibilang sebelum Nabi Saw. melaksanakan hijrahnya ke Madinah. Semua perintah syariah inilah merupakan kiat atau taktik dakwah Nabi Saw. yang _built up_ dari Allah Swt.
Taktik dakwa Nabi Saw. dapat ditelisik juga dari tahapan-tahapan dakwah yang telah dilaksanakan olehnya. Pada awal perjalannya, Nabi Saw. berdakwah secara sembunyi-sembunyi di Mekah, hinga akhirnya Allah Swt. memerintahkan berdakwah dengan terang-terangan. Lagi-lagi, taktik berdakwah ini merupakan suatu ketetapan dari Allah Swt.
Setelah Nabi hijrah ke Madinah, taktik dakwah yang diterapkan berbeda lagi dengan sebelumnya. Saat berada di Madinah, yang pertama kali Nabi Saw. lakukan adalah membangun sebuah masjid. Masjid tersebut disematkan nama yaitu Masjid Quba yang masih kokoh hingga saat ini. Dibangun tepat pada tahun pertama hijriyah atau 622 Masehi. Setelah membangun masjid, taktik atau siasat dakwah Nabi Saw. selanjutnya adalah mengadakan perjanjian dengan orang Yahudi yang mana lebih dulu menghuni Madinah daripada Nabi Saw. yang terbilang masih sebagai pendatang baru.
Kemudian, setelah melaksanakan kedua taktik tersebut, barulah Nabi Saw. mempersatukan dua komunitas mitra dakwah Nabi Saw., yakni kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Kedua entitas ini bersatu dan pada akhirnya bahu-membahu mendukung serta menyebar luaskan  dakwah beliau. Taktik terakhir yang dilakukan Nabi Saw. yakni  membangun sebuah pasar untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat. Taktik ini dilakukan bertujuan agar ekonomi dapat berjalan dengan selaras dan baik. Terlebih, masyarakat Mekah telah dikenal dengan kepandaiannya berdagang, karena Mekah sendiri terkenal sebagai kota merkantilis.
Berbeda dengan kaum Muhajirin berasal dari Mekah yang pandai berdagang, kaum Anshar di Madinah terkenal kepandaiannya bercocok tanam. Tidak bisa dipungkiri karena kota Madinah sendiri dikenal sebagai kota agraris. Kemudian, kedua entitas tersebut saling tukar-menukar keahlian yang mereka miliki. Inilah, salah satu faktor yang membuat dakwah Nabi Saw. berkembang sangat pesat di Madinah, yakni telah sukses menumbuhkan faktor ekonomi.
Secara praksis, taktik Nabi Saw. dalam menyampaikan pesan dakwahnya, dapat dipelajari  dan dipahami dari kitab-kitab hingga hadits bahkan buku sejarah perjuangan Nabi Saw. yang telah di manuskrip oleh para ahli. Taktik dakwah Nabi Saw. tercermin dari sifat beliau yang melekat terdapat empat, yakni sidik, amanah, fathonah, dan tabligh.
Berdasar sifat Nabi Saw. tersebut, taktik dakwah Nabi Saw. yang terbilang fenomenal  adalah Nabi Saw. berdakwah dengan penuh kejujuran atau sidik. Agar apa? Agar Nabi Saw. dapat dipercaya dengan menjaga amanah Allah Swt. untuk berdakwah secara sungguh-sungguh, bahkan Nabi Saw. berdakwah dari berbagai keadaan, yang kaya hingga miskin. Kemudian Nabi Saw. melakukan dakwah dengan cara tabligh, yakni berusaha memberi pemahaman kepada umat mengenai akidah dan syariah Islam secara gamblang, mudah dimengerti untuk diimplikasi. Agar dapat mencerdaskan masyarakat, taktik dakwah Nabi Saw. dilangsungkan secara cerdas. Apalagi memang sifat Nabi Saw. itu sendiri fathonah atau cerdas.
Dilihat dari proses terciptanya taktik dakwah Nabi Saw. dapat disimpulkan dua poin. Pertama, berdasarkan ketetapan-ketetapan Allah Swt. melalui ayat al-Qur'an. Kedua, berdasar inisiatif Nabi yang tetap pada pedoman yakni Al-Qur'an .