Mohon tunggu...
KOMENTAR
Otomotif

Mobil Murah untuk Siapa?

5 Oktober 2012   03:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:14 128 1
Indonesia International Motor Show (IIMS)  baru saja kelar. Ada yang sempat mampir ke sana? Saya sih nggak ke sana. Tapi dari berbagai berita dan informasi yang saya baca maupun dengar, di IIMS 2012 yang baru lewat, beberapa produsen memamerkan mobil-mobil murahnya. Bagaikan kembang gula, mobil murah yang dipamerkan dikerubungi oleh banyak sekali pengunjung yang pengin mencicipi manisnya.

Bagaimana nggak manis? Mobil murah yang akan diluncurkan mulai 2013 nanti, harganya konon di bawah Rp100 juta! Belum lagi kemarin, saya baca di kompas.com dan beberapa situs berita digital lainnya, satu produsen mobil asal Jepang bakal melepas mobil murahnya pada kisaran USD3000-5000. Kalo dirupiahkan kan sekitar Rp30 juta-50 juta saja. WOW! Siapa yang nggak ngiler coba? Okelah mungkin nanti harganya masih plus ini dan plus itu, sehingga sampai ke pasar mungkin harganya tembus Rp70 juta-90 juta. Tapi kan itu tetap... WOW!

Jujur saja, baca berita itu, saya juga terpikat. Saya mencoba mengalkulasi. Dengan harga Rp90 juta, hitungan kreditnya kan kira-kira DP 30%=Rp 27 juta, dan cicilan per bulan sekitar Rp1,75 juta untuk lima tahun (dengan asumsi bunga 4% per tahunnya ya).

Bukan angka yang besar pastinya buat golongan kelas menengah yang begitu buncit di Jakarta ini. DP senilai Rp27 juta itu 'cuma' setara harga sepeda motor kategori sport 150-200cc seperti Kawasaki Ninja, Honda Tiger, atau pun Yamaha Scorpio. Padahal lihat lah jalanan Jakarta setiap hari. Motor-motor sport semacam itu banyak sekali berseliweran. Saya salah satunya. He-he-he.

Artinya apa? Saya sempat tersenyum lebar kemarin...

Artinya, kalau nanti motor saya jual, tambahkan sedikit uang tabungan, mobil gres kinclong harga Rp90 jutaan itu sudah ada di tangan. Yes! Dalam hati saya bergumam, "Saya bisa lebih nyaman mengarungi jalanan." Gumaman ini saya yakin juga menghinggapi hati banyak biker di Jakarta.

Tapi tunggu dulu. Apa benar angka-angka tadi terjangkau ya buat saya? Apa benar saya akan lebih nyaman menempuh perjalanan setiap harinya?

Saya kembali merenung sekaligus bikin itung-itungan. Patokannya gampang. Bank Dunia pernah merilis hasil survei yang mengatakan bahwa idealnya, total uang transportasi bulanan adalah 10 persen dari gaji bulanan. Dengan begitu, duit gaji masih bisa dialokasikan pada pos-pos lain seperti: Sandang, pangan, papan, pendidikan, perlindungan, dan hiburan. Kalau semua pos bisa diisi dengan proposional, berarti individu itu sudah masuk pada kategori berkecukupan (sejahtera). Begitulah yang terjadi pada sebagian besar individu di negara-negara maju sana.

Kembali ke Jakarta. Muncul pertanyaan dalam benak saya: Siapa kah yang sejatinya mampu membeli mobil di bawah Rp100 juta itu?

Balik ke itungan di atas. Jika mobil itu dibeli dengan metode kredit, artinya per bulan, sudah pasti gaji kepotong Rp1,75 juta untuk cicilan. Belum lagi untuk biaya BBM, tol, dan lain-lain.  Bisa-bisa total jenderalnya sampai Rp2,5 juta-Rp 3juta dong. Kalau mengacu standard ideal Bank Dunia, artinya, orang yang bergaji Rp30 juta per bulan ke atas lah yang sah untuk membeli mobil.

Nah, dengan perhitungan yang sederhana itu, saya kira bisa jadi patokan kita buat kembali melongok kantong kita masing-masing. Apakah kita mampu, atau kah kita sekadar gaya-gayaan belaka?

Setelah mengendapkannya sehari, saya lalu memutuskan buat menahan dulu hasrat turut serta mencicipi manisnya kembang gula bermesin ini. Saya nggak mau kerja keras banting tulang, bermacet-macet di jalan, nggak pernah melihat matahari dari rumah sendiri, berangkat pagi pulang larut malam (bahkan pagi lagi), hanya untuk membayar cicilan kendaraan.

Saya buang senyum lebar saya. Sekarang, saya kepalkan tangan sambil bilang, "Hayo Pak Jokowi! Buruan tepati janji soal transportasi massal yang terintegrasi."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun