Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Cerita Untuk Papa

16 Agustus 2011   15:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:43 136 0
Ceritaku untuk Papa di atas sana.

Papa. Papa. Papa.

Papa dan aku. Kita tak bisa dekat satu sama lain ya pa. Hehehehe aku bingung mesti mulai darimana.

Papa. Kita selalu berbeda pendapat. Setiap aku melakukan ini papa mau yang itu. Papa mau ini aku mau itu. Benar benar berbeda. Aku dan papa.

Pa, bagaimana papa sekarang? Apa papa lihat aku yang sekarang pa? Apa papa selalu menjagaku dari atas sana? Pa, apa papa lihat sekarang aku menangis pa. Menangis pa. Aku tak tahu kenapa pa, air mataku mengalir begitu saja. Apa yang ku tangisi pa?

Sudah satu tahun lima bulan papa pergi. Pergi meninggalkan kami semua. Tapi kenapa bagiku itu baru terasa kemarin ya pa? Menyentuh tangan papa yang kasar karena pekerjaan papa dan dingin. Tangan papa dingin sekali.

Kenapa aku menangis lagi pa? Apa karena aku belum merelakan papa? Tidak. Bukankah aku orang pertama di antara yang menerima kepergian papa. Bukankah aku yang paling kuat ketika dokter bilang papa sudah tak ada. Aku bahkan masih melihat jam yang ada di dinding rumah sakit itu ketika dokter mengatakan papa udah ga ada. Tanggal 16 Februari 2010 pukul 4.05 pagi. Papa pergi. Pergi untuk selamanya.

Tanpa kuduga pa. Tanpa kuduga. Papa tidak menunjukkan tanda apa apa, tetapi tak butuh waktu dua belas jam, penyakit itu merenggut papa dari kami.

Waktu mendengar kakak yang berteriak histeris waktu itu, ada sedikit perasaan bersalahku pada papa. Tapi tak butuh waktu lama juga aku membuang perasaan itu.

Papa, apa papa tahu waktu papa pergi aku kosong sekali. Kosong pa. Aku tak tahu mengapa. Hatiku kosong. Tak ada rasa takut, sedih atau apapun. Walaupun aku menangis tapi aku tak merasakan apa apa. Beberapa lama setelah kepergian papa aku berani mengatakan pada mama ketika papa pergi aku sama sekali tidak sedih. Tahu pa mama bilang apa?

"apakah kau sampai segitunya?"

Pa tahu apa yang kurasakan waktu itu? Sakit pa, sakit ketika mendengar mama mengatakan itu padaku. Aku tahu aku memang keterlaluan bahkan tidak merasakan sedih ketika papa pergi. Tapi aku tak tahu mengapa pa, aku benar benar kehilangan perasaanku. Bukan karena aku membenci papa, tapi aku sungguh tak tahu mengapa pa.

Hilang, semuanya hilang pa. Aku hampa. Aku kosong.

Dan tahukah papa hal yang paling menyakitiku? Aku tahu maksud mereka papa menyayangiku, tapi jika orang lain yang berada di posisiku waktu itu pasti akan merasakan hal yang sama, seperti waktu itu kurasakan. Ketika kuceritakan pada mereka dulu aku punya perasaan aku akan pergi. Pergi jauh meninggalkan semuanya pa. Tapi sepeninggal papa perasaan itu pergi. Hilang bersamaan dengan hilangnya perasaanku waktu itu.

"papamu pergi untuk melindungimu. Ia menggantikan posisimu"

Mereka bilang begitu pa. Waktu itu hatiku hancur. Bukankah itu berarti aku yang seharusnya pergi tapi malah papa yang melindungiku. Bukankah itu berarti ini kesalahanku. Aku menangis pa. Waktu itu aku menangis seorang diri. Berarti semua ini salahku ya pa? Seharusnya aku yang pergi ya pa.

Tapi tidak. Kalaupun itu benar aku tidak boleh bersedih. Bukankah itu berarti aku harus terus hidup. Harus terus maju karena papa melindungiku.

Aku tetap maju pa. Melupakan rasa sakit itu. Apalagi senyuman indah papa yang kulihat untuk terakhir kalinya. Malam itu pa, ketika papa tersenyum ke arahku untuk terakhir kalinya. Sampai sekarang aku tak pernah melupakannya pa. Apa papa ingin tahu, setiap kali aku menemui hambatan senyuman papa waktu itu selalu muncul di ingatanku. Dan seketika aku merasa bahagia pa. Bahagia sekali. Dan semangat ku kembali pa.

Pa setahun lebih ya pa. Setahun lebih papa terbaring di sana. Apa papa ingin tahu aku berhasil membayar tagihan televisi yang kubeli sampai lunas tanpa bantuan kakak. Televisi yang baru papa lihat sebentar sebelum kepergian papa. Aku hebat ya pa? Kalau papa masih ada aku yakin papa pasti senang walaupun papa tidak pernah menunjukkannya. Karena kita punya sifat yang sama pa. Sifat kita yang tak bisa menunjukkan perasaan ke orang lain. Dan juga sifat keras kepala kita pa, hahaha.

Pa, papa masih mendengarkanku kan? Pa, papa tahu ga, sejak aku di jakarta aku menulis banyak cerita fiksi. Tak tahu mengapa pa, banyak sekali ide yang ada di otakku. Yah tapi hanya aku yang malas membuatnya. Aku merasa menjadi seorang penulis terkenal pa. hehehehe lucu ya pa. Padahal dulu aku benci mengarang sebuah cerita karangan bebas atau prosa waktu SD karena aku tak bisa. Seandainya saja aku benar benar bisa menjadi seorang penulis terkenal seperti J. K. Rowling pasti enak ya pa. Selain menjadi profesi juga merupakan hobiku. Wuiiiihhhhh.

Pa aku ga tahu mesti ketik apalagi buat papa. Bingung udah pa. Hehehehe. Oh iya pa. Papa ingin tahu satu hal yang belum pernah kuberitahukan siapapun sebelumnya? Ya pa nama pemberian papa untukku. Sui Fang. Nama panggilanku. Nama panggilan yang papa berikan padaku. Itu adalah hal yang indah buatku pa. Aku suka sekali nama itu. Kenapa ngomongin nama ya pa? :-P

Papa ini ceritaku untukmu. Cerita yang hanya pernah kuceritakan pada seorang sahabatku dan sekarang aku ingin papa tahu. Lewat ceritaku ini ke papa aku ingin papa tahu, Aku Sayang Papa, Aku Cinta Papa. Dan aku ingin semua orang tahu Pa, walaupun kita terpisah dunia selamanya Aku Sayang Papa.

FOR MY DEAREST DADDY, from Fang Fang to you. FOREVER LOVING YOU AND ALWAYS. YOUR SMILE FOREVER PAINTED IN MY HEART. THANK YOU MY DADDY.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun