Ku sadar betapa aku sangat mencintai mu ketika kau merintih menahan sakit yang tak kau ungkapkan dari bibir kecil mu. Semua kau pendam dan tersimpan dalam-dalam hingga aku tak menyadari sakit yang kau rasakan.
Pertikaian kecil yang sering terjadi, terkadang membuatku bosan dengan mu. Namun kau masih setia mendampingi langkah ku tanpa perduli sakit, pahit dan getirnya hidup yang kau jalani bersama ku.
Terkadang naluri liar ku pun berkata untuk bermain dengan keindahan semu pembawa petaka. Menebar benih kenikmatan berbuah laknat. Mengajak ku menari-nari ditepian jurang neraka. Tapi Syukur Alhamdulillah, Allah masih melindungi kehormatan ku sebagai suami dan ayah dari seorang putra serta nama baik keluarga ku.
Saat ku membelai rambut mu, membasuh peluh di dahimu dan mendekap mu erat, tiba-tiba rasa takut yang teramat sangat datang menghampiri ku. Berjuta bayangan menakutkan bergelayut diatas kepalaku dan menempel di setiap sudut dinding otak ku.
Hati kecil ku pun berkata, “Ya Allah, jangan jadikan ini adalah kebersamaan terakhir ku.”
Masih banyak mimpi yang belum kami raih. Masih banyak angan yang belum kami wujudkan dan masih banyak kisah yang belum terukir dalam tinta sejarah hidup kami. Jadi ku mohon kepada Mu, biarkan kami hidup lebih lama lagi, menyaksikan mentari datang dan pergi, mendengarkan nyanyian alam dan mewarnai hidup dengan kisah.