Masih sampai pintu, jantungku sudah meleleh, nafasku tinggal satu – satu dan air mata meramaikannya. Mataku menyajikan hal yang tak bisa dipercaya, Nuka berpegangan tangan dengan seorang perempuan. Hatiku ikut tertusuk ketika tahu perempuan itu Jelita, teman SMAku. Tak sanggup melakukan apapun, aku berlari meninggalkan semuanya. Berjalan dengan gulana yang tak terhitung. Baru beberapa meter melangkah, petir menggoyah, angin marah, dan air memandikan semuanya. Akupun merasa hujan kali ini bukan air tapi api yang membakar tubuhku hingga hangus. Huh! Berulangkali nafas panjang kukeluarkan namun hasilnya sama, sakitnya tak berkurang.
KEMBALI KE ARTIKEL