Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Artikel Utama

Luna Nathan

7 Mei 2015   09:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:17 57 0

Duduk memandangi langit biru yang telah berubah kelam namun bertabur binar kejora melukiskan gemerlapnya malam. Kabut tipis mulai bertandang menyelimuti nuansa senyap, menyampaikan kabar kedatangan pangeran mimpi. Tak peduli seberapa malamkah ini? Aku masih duduk tenang di depan jendela kaca yang telanjang tanpa balutan korden sembari menikmati bulan separuh yang terlihat percaya diri melebihi diriku. Hampa telah mengisi kesendirian di tengah malam hitam, menyeruput cairan gelap berupa kopi biar lebih ramai. Seruput..efek kehangatan mulai menyerbu masuk mengalir memenuhi seluruh rongga. “Gradakk!” pintu harmonika itu selalu memecah keheningan, terjadi setiap hari. Seperti biasa aku berdiri dan menengok ke bawah, pria berkaos merah bertuliskan CR7 juga selalu memandang ke atas, ke arahku. Namun ketika bibir ini hendak mempersembahkan senyuman terbaik, dirinya melempar muka. Sesak merajai jiwa ketika tragedi itu terus berulang, sebagai wanita aku telah menempatkannya di dadaku sebelah kanan. Sayangnya itu tak cukup buat Reyhan Ivaro, dia tetap bersih keras menganggapku tak pernah ada.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun