Tersaji dalam piala-piala, nampan emas.
Akan kau minum dengan matamu yang
menjuntai, mengintai tubuh-tubuh gemulai.
Serunai dusta mulai merajah geliat kopi di lidah
bedebah cinta yang sumpah-serapahi desah dara.
Mengguncang-guncang dada si dara merebut juara
Badanmu susut: hamparan tulang-belulang
Lalu beradu daging-tulang di samping sebilah parang,
Di liang kerongkongan gadis langit. Di langit-langitnya
Kau pasang gagang sumpit. Lesatkanlah hingga ia menjerit!
Kopi pahit legit di bibir manis gadis langit,
diapit di antara goyang lidahnya.
Jangan ungkit lagi kisah juara: dada itu
Di mana sudah kopi pahit?
Aku mau meminumnya sedikit.
Aceh, 17 Feb 2010