Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Dongeng Sebelum Tidur

27 Mei 2011   09:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:09 227 0
Aku melihat senyumnya seperti tak biasanya. Begitu kecut seperti ada kemuakan yang disimpannya. Matanya pun demikian, terlihat memendam kebencian yang amat luar biasa. Melihat kondisi seperti itu aku tak berani menatap wajahnya secara langsung. Hanya sesekali aku mencuri pandang kewajahnya, itupun dengan perasaan takut yang luar biasa dan aku perlu mengumpulkan energi keberanianku terlebih dahulu. Hampir tiga puluh menit kami saling diam di tempat ini. Amarahnya kepadaku sepertinya sangat besar. Aku tidak berani membuka kata terlebih dahulu.

Kami masih diam, bahkan ketika pelayan café itu memberikan menunya kami cuekin. Pelayan menunggu cukup lama untuk mendapat respon dari kami tetapi mungkin dia melihat situasi yang kurang tepat akhirnya dia meletakkan menunya di atas meja dan pergi. Aku melirik kepergian pelayan itu dan kulihat dia berbisik-bisik dengan temannya yang berada di kasir melihat ke arah kami. Sepertinya mereka membicarakan kami.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun