Kata Yang Tepat
Indra dalam sebuah pujian disebut sebagai "Penguasa Tunggal Manusia dan Dewa," dan dalam pujian berikutnya Warua dipuji sebagai "Tuhan Yang Maha Esa, Penguasa Alam Semesta." Max Mller, yang merupakan penerjemah Barat pertama dari Weda, mencari istilah yang tepat untuk menggambarkan semangat religius dari pustaka suci ini.  Walaupun terdapat konsep Tuhan yang Esa, ini tidak dapat disebut monoteisme karena adanya sosok yang lain yang juga dipuji sebagai Tuhan yang Esa. Lalu, ini juga tidak dapat disebut  politeisme, karena para dewata Weda berdiri sendiri sebagai Tuhan tanpa adanya interaksi dengan dewata yang lain. Max Mller melihat bahwa istilah-istilah Barat ini tidak sesuai dengan situasi Hindu.
Kathenoteisme
Untuk menggambarkan dewa-dewi dalam agama Hindu, Mller menciptakan kata "kathenoteisme"---penyembahan terhadap satu dewa pada satu waktu. Masing-masing ditinggikan secara bergantian. Masing-masing dipuji sebagai pencipta, sumber, dan pemelihara alam semesta ketika seseorang berdiri di hadapan dewa tersebut. Ada banyak dewa, tetapi banyaknya dewa tidak mengurangi arti penting atau kekuatan salah satu dari mereka.
Sumber
Hawley, J. S., & Narayanan, V. (Eds.). (2006). The Life of Hinduism. University of California Press. http://www.jstor.org/stable/10.1525/j.ctt1pn5pm
Heimann, B. (1947). KATHENOTHEISM AND DNASTUTIS OR KATHENOTHEISM AND ISTA-DEVATS? Annals of the Bhandarkar Oriental Research Institute, 28(1/2), 26--33. http://www.jstor.org/stable/44028043
Shah, H. A. (1935). "VEDIC GODS: I-IV." Annals of the Bhandarkar Oriental Research Institute, 17(2), 97--176. http://www.jstor.org/stable/41688319