Penggunaan teknologi kecerdasan buatan semakin banyak diterapkan di dunia akademik, salah satunya adalah chatbot yang dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan. Salah satu jenis chatbot yang sering digunakan di dunia akademik adalah ChatGPT, yang merupakan model Bahasa besar yang dilatih oleh OpenAI untuk memberikan respons dalam bahasa alami. "ChatGPT memiliki potensi untuk menawarkan berbagai manfaat, termasuk peningkatan keterlibatan mahasiswa dalam perkuliahan, kolaborasi, dan keluasan aksesibilitas sumber pembelajaran.Â
Akan tetapi, alat ini juga melahirkan berbagai tantangan dan kekhawatiran terutama terkait dengan kejujuran, integritas akademik, dan plagiarisme." Ujar Dr. Fuad Gani, S.S., M.A. Dosen Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI.
Keuntungan dari penggunaan chatbot seperti ChatGPT adalah membantu pengguna menyelesaikan tugas, mencari referensi dan sumber informasi, serta mempercepat pengambilan keputusan. Namun, untuk menghindari masalah di masa depan, perlu diperhatikan etika yang tepat dalam penggunaannya. Dari berbagai kebermanfaatan yang diberikan ChatGPT, para akademisi dapat memanfaatkan ChatGPT untuk berbagai keperluan seperti mencari sumber informasi, merancang strategi informasi, membuat sintesis informasi, serta menulis sitasi dan daftar pustaka.
Menurut Pustakawan Universitas Indonesia, Sony Pawoko, S.Sos., M.T.I., memberikan empat tips dalam menyikapi informasi yang didapatkan dari ChatGPT, yaitu melakukan verifikasi informasi apapun yang didapat dari sumber yang kredibel, melakukan konsultasi dengan pembimbing atau dosen, mengakui atau melakukan sitasi terhadap informasi yang didapat dari ChatGPT, dan memasukkan ChatGPT sebagai sumber di daftar Pustaka.
Dalam kesimpulannya, pengguna teknologi kecerdasan buatan seperti chatbot dapat memberikan manfaat, namun juga perlu diperhatikan etika dan kejujuran dalam penggunaannya.