Hasil Pemilu Legisltaif 2014, yang akan diumumkan pada perhitungan real count oleh KPU tentunya tidak akan berbeda jauh dengan hasil Quick Count sebagaimana terpampang di atas. Dimana PDI-P, Partai Golkar, dan Partai Gerindra menduduki Juara 1, 2, 3. Saya mencoba menganalisa, berdasarkan peroleh suara dari tahun 2004, 2009, dan 2014. dan setelah saya olah sendiri dengan sumber dari kompas.com dan data dari www.bps.go.id menghasilkan grafik sbb:
- Partai Politik Warisan Orde Baru, Yakni Partai Golkar, Partai PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pebangunan, hampir tidak berubah. Perolah suara mereka, hanya turun sedikit atau naik sedikit untuk peroleh tahun 2014 dibandingkan 2004. Tiga partai ini mengalami penurunan perolehan suara significant pada tahun 2009, yang kemungkinan besar mengarah kepada Demokrat. Para Ketua Umum Partai periode 2004-2009, tidak berhasil membawa Partainya dipercaya lebih baik dari Demokrat. Atau bisa jadi pecahnya suara Partai Golkar, karena beranak tiri yaitu Partai Hanura dan Partai Gerindra. Jika digabungkan suara PG, Hanura dan Gerindra di tahun 2009 memperoleh suara 22.68% atau naik dibandingkan tahun 2004 yang hanya 21.57%. Namun kenaikan ini, tidak menjadi gemuknya suara Golkar, karena Gerindra Tahun 2009 berkoalisi dengan PDIP.
- Partai Hasil Besutan Reformasi yang masih bertahan dari 38 Partai Peserta Pemilu Tahun 2004, dan 24 Partai 2009, hanya tersisa 6 saja yaitu PKB, PKS, Demokrat, PAN, PBB, dan PKPI. Perolehan suara 6 Partai hasil produksi Reformasi ini pun hampir tidak berubah banyak, kecuali demokrat pada tahun 2009 yang mengalami lonjakan tajam, namun 2014 mengalami penurunan yang juga hampir sama tajamnya. Namun, demokrat Tahun 2014 masih lebih bagus dibandingkan dengan Demokrat tahun 2004. Dimana tahun ini memperoleh 9.43% sedangkan tahun 2004 hanya 7.45% saja.
- Jika melihat hasil peroleh suara untuk DPR, maka selama periode 2004, 2009, dan 2014 hanya Partai Golkar dan Partai PDI-P saja yang memiliki Anggota Dewan relatif tetap banyak. Arah kebijakan politik Indonesia ke depan, tetap masih akan dipegang oleh kedua partai tersebut. Partai Demokrat yang notabene berhasil meraih kursi terbanyak tahun 2009, tidak mampu mengendalikan DPR sehingga dibentuk Koalisi yang melibatkan Partai Golkar. Namun demikian, kuatnya PDIP dan partai kecil yang menganggap oposisi, telah menjerumuskan Partai Demokrat pada jurang perangkap ketidakberdayaan dalam mengelola isu pemerintahan, sehingga Partai Demokrat sering ditimpa Isu yang mengakibatkan terjun Bebas. Jika masalah Korupsi saja misalnya, seharusnya Demokrat bisa berkaca kepada PDIP dan Golkar. Mereka lebih adem, dan menyikapi dengan Biasa, walaupun dalam posisi lebih banyak korupsi nya, (menurut catatan), namun mereka lebih kedengaran sunyi dan senyap. Sehingga terbungkus dengan aroma, kembali ke jaman keemasan Orde Baru (Suuharoisme) atau kembali ke jaman Sukarnoisme.
- Arah kebijakan Koalisi dan politik tahun 2014 ini masih menyisakan Pekerjaan Rumah. Partai mana akan bergabung dengan mana? Capres siapa dan Cawapres Siapa. Tidak perlu menunggu hasil keputusan KPU, arah koalisi sudah dapat di tentukan dari Sekarang. Siapa yang Gugur, sudah bisa ketebak. (Hanura dengan pasangan Capres WIN-HT, PBB dengan Capres YIM) Kedua Partai ini, pasti tidak akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan jatah Capres atau Cawapres 2014, karena suaranya tidak significant. Walaupun Wiranto tetap menjadi Capres tahun 2009 padahal hasil perolehannya hanya 3.77% sedangkan tahun 2014 naik 5.11%, posisi tawar Wiranto menjadi jauh tertinggal. Kanikan Hanura sebesar 1.34% disinyalir karena efek dari HT. Sedangkan YIM, walaupun secara Pribadi memiliki kejeniusan dalam bidang Hukum dan Ahli Tata Negara, tidak mampu memberikan dampak yang memuaskan dalam membesarkan Partai dan meraih suara yang bagus. Bahkan cenderung tereliminasi dalam hasil pemilu ini bersama dengan PKPI. Jika terjadi, maka Partai Politik hasil Reformasi ini, hanya tersisa 4 saja.
- Arah kebijakan Koalisi tentunya akan dijadikan sebagai momentum untuk penentuan kemenangan dan juga mencari partner yang memiliki karakter dan tujuan yang sama. Melihat berbagai aspek, kecenderungan akan bergelut jika PDIP-Golkar dan Gerindra masing-masing mengusung calon
KEMBALI KE ARTIKEL