Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

"Dibalik Kemegahan Masjid Baiturrahman"

29 Maret 2012   04:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:19 481 0
tepat pukul 04.00 am, aku dan sahabatku turun di masjid baiturrahman. begitu ku melihat masjid baiturrahman, hatiku berkata "alangkah indah dan kokohnya masjid ini yang tidak diterpa tsunami". kemudian ku membawa travel bag-ku dan ku duduk santai di hamparan masjid sambil menunggu pintu masjid itu dibuka. matahari mulai menampakkan wajahnya, matahari mulai tersenyum dengan sinar cerahnya, ku langkahkan kaki tuk mencari sarapan ala Aceh bersama sahabatku. setelah itu, saya mencari becak kereta untuk pergi ke wisma permata hati sebagai tempat singgah kami sementara waktu. wisma yang penuh dengan warna ungu dan hijau membuat diriku betah tinggal disana. tak lama kemudian, aku pun bergegas pergi ke bank BTN di depan rumah sakit harapan bunda banda aceh. BTN adalah tujuan utama kami, karena di Meukek Aceh selatan BTN belum ada, yang ada hanyalah BRI dan BPD Aceh. maklum Meukek diapit oleh pegunungan dan laut. di sore hari, kami menelusuri masjid baiturrahman dan menikmati keindahan alamnya dengan mengambil gambar di sekitar masjid tersebut. matahari sudah mulai kembali ke peraduannya, kami pun harus segera balik ke wisma. sebelum balik ke wisma, kami mencari makan malam dengan becak kereta. aku turun tuk memesan nasi, dan obrolan antara tukang ojek becak kereta dan temanku berjalan dengan hening. tukang ojek itu cerita banyak tentang bencana tsunami yang menimpa aceh. tukang ojek itu bernama bapak Aswardi (selamat dari bencana tsunami). " saya salah satu korban tsunami mbk" bapak itu berbicara pada sahabat saya. dia kaget mendengar cerita dari bapak aswardi. karena istri dan anak bapak aswardi merupakan korban tsunami. akibat terjangan tsunami, kaki bapak aswardi puntung dan tidak bisa berbuat apa-apa. pasca tsunami dengan kondisi tubuh yang belum fit, bapak aswardi menjadi pengemis di depan masjid baiturrahman hanya untuk sesuap nasi. pengemis bukanlah pekerjaan yang diharapkannya. dia merasa begitu hina ketika harus menengadahkan tangannya dengan wajah memelas untuk mendapatkan recehan uang. akhirnya dia memutuskan untuk berhenti menjadi pengemis dan mencari pekerjaan lain. dia memaksakan dirinya untuk menjadi buruh ataupun kuli walaupun kondisi kakinya belum sembuh secara total. akibat pekerjaan barunya kakinya puntung sampai saat ini, dia sekarang tinggal di rumah kontrakan dan becak ojek sewaan. karena sudah 3 kali dia mengajukan permohonan ganti rugi rumah ternyata ditolak padahal persyaratannya sudah lengkap. saya dan teman saya bergumam "kemana bantuan yang begitu melimpah, kok sampe' ada yang belum mendapatkan rumah sampai detik ini". benarkah bencana di Indonesia dijadikan sebuah proyek?. semoga saja tidak begitu. saya hanya berdoa semoga pak aswardi mendapatkan haknya sebagai salah satu korban tsunami. inilah cerita dibalik kemegahan masjid baiturrahman masih ada segelintiran orang yang meratapi nasibnya karena tidak mendapatkan hak yang seharusnya ia peroleh.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun