Banda Aceh - Sistem pengukuran kecerdasan anak di Indonesia masih mengandung kesalahan mendasar. Selama ini, siswa dinilai cerdas jika mampu menjawab pertanyaan guru dengan cara menyalin jawaban dari buku. Pola ini membuat guru lebih menghargai kemampuan menghafal daripada kemampuan berpikir kritis. Situasi ini mencerminkan penjajahan intelektual yang masih mengakar di Indonesia.
KEMBALI KE ARTIKEL