Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa

[Bahasa dan Kita] Bila Nama Al4y Tertera di Akta Lahir

5 September 2012   17:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:52 625 4

Salah satu ciri-ciri ejaan van Ophuijsen yaitu penulisan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dan penulisan huruf oe untuk menuliskan kata-kata, akoe, goeroe, itoe, oemoer, dsb. Maka perumusan Kongres Sumpah Pemuda yang orisinil pada 28 Oktober 1928 ditulis oleh Muhammad Yamin sebagai berikut:

Pertama, Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoewa, Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga, Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Selain penulisan kata-kata, nama-nama orang pada masa itu disesuaikan juga dengan ejaan masa itu seperti Presiden RI H.M Soeharto, pejuang wanita asal Aceh Tjoet Nyak Meutia, dan pahlawan nasional Jenderal Soedirman adalah beberapa contoh nama yang masih menggunakan ejaan van Ophuijsen. Nama-nama mereka diberikan oleh orang tua mereka hingga akhir hayat tertulis di batu nisan mereka seperti itu. Demikian pula nama-nama sastrawan terkenal masa itu seperti Boen Sri Oemarjati, kritikus sastra ternama H.B Jassin, sastrawan legendaris Pramoedya Ananta Toer adalah nama-nama pemberian orang tua mereka sejak lahir yang kemudian diabadikan pada karya-karya besar mereka. Masih ada lagi sederet panjang nama-nama yang menggunakan ejaan lama tersebut, Sutan Takdir Alisjabana, Soebagjo Sastrowardojo atau coba perhatikan nama-nama kakek atau bahkan mungkin orang tua kita masih menggunakan namanya sesuai ejaan lama. Nama-nama yang mereka cantumkan di surat kenal lahir atau akta lahir.

Perkembangan bahasa berikutnya tahun 1947 diresmikan ejaan Republik lebih dikenal dengan ejaan Soewandi yang mengubah huruf oe menjadi u. Kemudian berkembang lagi pada 16 Agustus 1972 menjadi Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ) dengan beberapa perubahan termasuk huruf j menjadi y. Selanjutnya EYD berlaku hingga saat ini. Perkembangan berikutnya hanya pemunculan dan atau penambahan beberapa kata lama dan terjemahan beberapa kata asing yang kini banyak digunakan seperti kata mengunduh, mengunggah, memindai, dsb.

Perkembangan bahasa juga terjadi pada kalangan remaja tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. Kita lihat pada bahasa Inggris di kalangan remaja saat ini banyak terjadi singkatan seperti lemme know dari let me know atau ma gal dari my girl, dan masih banyak contoh lagi. Pada masa saya remaja di sekolah menengah, bahasa prokem sangat populer dengan menyelipkan huruf ok pada beberapa kata seperti sepokat untuk sepatu, dokat untuk duit, siokap untuk siapa, bokap untuk bapak, nyokap untuk nyonya ( ibu ), dsb nya. Kalimat yang sering terdengar akan seperti ini, “Gue belum dapet dokat dari bokap”. Untungnya tidak ada remaja yang menyelipkan huruf ok di antara nama-nama masa itu. Nggak terbayang jadi apa nama saya, Nana, kalau harus diselipkan huruf ok.

Kita lihat perkembangan bahasa remaja di Indonesia saat ini umumnya terjadi di kota-kota besar, saat ini huruf al4y dalam tulisan sangat populer bagi mereka. Al4y adalah singkatan dari ‘anak lebay (lebih)’ maksudnya mungkin segala sesuatunya dilebih-lebihkan. Huruf dilebihkan, gaya mereka pun kadang berlebihan, entah apalagi yang mereka lebihkan yang pasti membuat para orang tua masa kini geleng-geleng kepala melihat gaya mereka.

Terbayang juga kalau saja saya masih mengajar bahasa Indonesia saat ini harus membaca tulisan mereka yang jelas-jelas jauh dari kaidah bahasa seperti huruf besar kadang diselipkan di tengah-tengah sebuah kata sedangkan awal sebuah kalimat tidak menggunakan huruf besar. Pasti saya akan sering menahan napas untuk memahaminya. Apalagi perkembangan ini diikuti perkembangan teknologi saat ini yang entah mengapa jadi mengurangi kemampuan verbal remaja dalam berkomunikasi. Komunikasi mereka umumnya terjadi lewat tulisan di situs jejaring sosial atau pesan singkat di telepon genggam. Coba pahami sebuah pesan seorang remaja pada temannya yang saya ambil dari sebuah situs pribadi seorang remaja:

q tWo... qMo mANk cLiD wAd cYanK m qHo... tPhE qMo pLu tHwO mY LuPi” aLwaYs 4’U...

cO’nA cMa qMo YaNk Co WaD qHo cYuM k’tHwA cNeNk tHanKz b’4„,,

yOz aLaWAiCe d bEzT iN meYe heArD

- LupHz yOu-

Pasti mengernyitkan dahi lalu tersenyum membacanya....

Dari tulisan di atas saya lihat remaja saat ini semakin tidak tahu menggunakan kata-kata yang baik dalam berkomunikasi, bagaimana memulai pembicaraan, pilihan kata yang benar dan tepat bagi pendengar atau pembacanya.Mereka jadi tidak tahu lagi kapan dan pada siapa menggunakan bahasa resmi atau al4Y. “Kemampuan menulis karya ilmiah di kalangan remaja juga semakin rendah”, ujar seorang teman yang mengajar di sekolah lanjutan di Jakarta. Entah mau jadi apa remaja ini kalau kepekaan terhadap lingkungan sekitar seperti itu ditambah kemampuan analisa ilmiah nyaris hilang. Bukankah bahasa menunjukkan bangsa.

Parahnya lagi nama-nama remaja saat ini juga bergeser menjadi nama-nama yang buat saya pusing membacanya, saya ambil secara acak pada sebuah grup di situs jejaring sosial seperti, Nyut Denyut kiyut, Dwi chi thembhem, Indry Dleoztprincess Fauziah, Cy Ndoet viVi, Poetrhee Woelan, Qtix Anto, Galih Jhibeuw Brondongx, Nhana d'Greenz, Alexx Suzan, dan Mytha QueensaranghaePrincecharming.

Saya bertanya-tanya pada diri sendiri apakah orang tua masa kini memberikan nama-nama itu sejak anak mereka lahir sehingga tertera di akta lahir anak mereka: Bhoety Celallue Yeang Terzakitiee, Nhueruel Niishz, Nenq Vhia LeMperr Cekweww, NabilLa Zubaidy NTu SiieMbienkknesh, dan terakhir membuat saya sakit perut adalah Agunk WicakWicax DiDindink.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia#Penyempurnaan_ejaan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun