Dalam pemandangan yang mungkin sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan perkotaan, pedagang kaki lima dan pedagang di pasar tampaknya menjalani kehidupan yang ambivalen. Dengan omzet bulanan yang dinyatakan jauh melampaui pendapatan para pegawai kantoran, paradoks muncul ketika kita melihat bahwa banyak dari mereka masih harus bertahan dengan keterbatasan ekonomi yang menyebabkan kemiskinan. Tidak hanya persoalan ekonomi yang harus diatasi, tetapi juga tantangan psikologis dan persepsi tentang berdaya saing dalam pasar yang semakin kompetitif.
KEMBALI KE ARTIKEL