Setiap tahapan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, yang dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1.Bayi awal (0-18 bulan): kepercayaan versus ketidakpercayaan
2.Bati lanjut (18 bulan -- 3 tahun): otonomi versus rasa malu/keraguan
3.Anak awal (3 tahun -- 6 tahun): inisiatif versus rasa bersalah
4.Anak pertengahan (6 tahun -- 12 tahun): ketekunan versus rasa rendah diri
5.Masa puber (12 tahun -- 18 tahun): identitas versus kebingungan peran
6.Dewasa awal (18 tahun -- 40 tahun): keintiman versus isolasi
7.Dewasa pertengahan (40 tahun -- 65 tahun): generativitas versus stagnasi
8.Masa lanjut (65 tahun ke atas): integritas versus keputusan
Yang dimaksud dengan versus di atas adalah, apabila seseorang melewati tahapannya dengan baik, maka akan memiliki pengalaman yang baik (yang positif, disebutkan pertama). Namun apabila ia tidak melewatinya dengan baik, maka akan memiliki pengalaman yang berlawanan (yang negatif, disebutkan selanjutnya).
Tahapan ini merupakan gambaran secara umum, dan tidak dapat serta merta dipakaikan ke semua orang dan dianggap dapat dipakai sebagai sarana menilai seseorang. Dan tidak sedikit juga yang menilai bahwa tahapan perkembangan ini lebih fokus kepada usia anak, namun tidak terlalu berfokus kepada yang dewasa sampai masa lanjut.
Menurut pandangan saya pribadi, bisa jadi memang Erikson memiliki intensi tersebut, karena tahapan perkembangan anak sangat bergantung pada orang dewasa di sekitarnya, baik itu orang tua, keluarga besar, pengasuh, guru, dan orang lain yang mungkin ditemuinya. Oleh karena itu, orang tua yang bertanggung jawab untuk perkembangan si anak harus memperhatikan dengan seksama apa yang terjadi pada anaknya, untuk memastikan bahwa perkembangan psikologisnya berjalan dengan baik sampai anaknya menjadi dewasa. Namun lain hal dengan orang dewasa, yang sudah bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Setiap orang yang sudah dewasa, sepatutnya memiliki kesadaran penuh untuk kontrol atas dirinya, dan apabila menemui masalah dapat mencari jalan keluar, tidak seperti anak kecil yang harus dibimbing orang tuanya. Apabila memang memiliki permasalahan psikologis yang tidak dapat diselesaikan sendiri, sebagai orang yang dewasa, diharapkan akan mencari solusi keluar dirinya, misalnya mencari teman, komunitas, bahkan konselor atau psikolog jika memang kasusnya cukup berat dan membutuhkan ahli. Mungkin itulah mengapa Erikson kelihatannya lebih berfokus pada perkembangan usia anak.