Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Behaviorisme: Teori dan Contoh

9 September 2021   22:37 Diperbarui: 9 September 2021   22:39 7706 2
Behaviorisme merupakan salah satu teori pembelajaran yang paling awal dirumuskan. Ide besarnya adalah bahwa perilaku manusia dapat terjadi karena adanya pengkondisian. Prinsip utamanya adalah adanya hubungan sebab akibat; antara stimulus dan respon. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh John B. Watson (1878-1958) dalam tulisannya "Psychology as the Behaviorist Views It".

Behaviorisme secara umum terbagi atas dua jenis yaitu classical conditioning dan operant conditioning.

1. Classical Conditioning
Digagas oleh Ivan Pavlov (1849 -- 1936), seorang fisiolog dan dokter dari Rusia, yang terkenal dengan percobaannya kepada seekor anjing. Pavlov mengemukakan bahwa perilaku/tingkah laku dapat dilatih atau dimunculkan melalui stimulus yang diasosiaikan dengan stimulus lainnya. Percobaannya adalah sebagai berikut.
Pada mulanya, Pavlov melihat bahwa seekor anjing akan mengeluarkan air liur saat melihat makanannya datang. Lalu, Pavlov secara sengaja membunyikan bel setiap anjing tersebut diberi makanan. Setelah beberapa kali percobaan, ketika hanya mendengar bunyi bel saja, anjing tersebut akan mengeluarkan air liur walaupun makanannya belum ada. Demikian gambaran akan classical conditioning yang dirumuskan oleh Ivan Pavlov.

2. Operant Conditioning
Teori ini muncul setelah classical conditioning, dan dapat disebut sebagai perkembangan atau lanjutan dari teori pertama. Dirumuskan oleh B. F Skinner (1904-1990), seorang psikolog dari Amerika. Teorinya menekankan dua aspek yaitu reinforcement dan punishment. Secara singkat, teori ini mengajarkan untuk memberikan pujian atau respon positif (positive reinforcement) pada perilaku yang dianggap baik agar perilaku tersebut diulangi lagi, dan memberikan respon negatif (punishment) pada perilaku yang tidak diinginkan sehingga tidak dilakukan lagi. Contohnya, ketika seorang anak berhasil membereskan mainannya sendiri, orang tua dapat memberikan pujian, sehingga di masa yang akan datang anak tersebut akan melakukannya lagi. Sebaliknya, ketika apabila anak tersebut melakukan kesalahan, orang tua memberi hukuman atau konsekuensi yang sepadan agar ia tidak mengulanginya lagi.

Kedua teori ini walaupun sudah sangat tua dan jauh dari masa sekarang, namun sampai sekarang masih dipakai di dunia pendidikan. Contohnya antara lain pembuatan lesson plan dan assessment yang digunakan di dalam kelas, yang merupakan contoh dari conditioning untuk memunculkan perilaku yang sesuai dengan tujuan sekolah. Contoh lain yang dapat dilihat sebagai penerapan teori behaviorisme adalah berbagai terapi yang digunakan untuk anak berkebutuhan khusus.

Saya merasa, sebagai seorang pengajar secara tidak langsung kita telah menerapkan praktek behaviorisme ini kepada murid-murid kita, misalnya dengan pemberian pujian dan nilai yang baik kepada murid yang berprestasi, dan teguran kepada murid-murid yang dirasa kurang mengalami kemajuan dalam belajar. Dalam keseharian saya bersama anak saya, ada salah satu contoh behaviorisme yang menurut saya menarik, yang terjadi pada masa pandemi Covid-19 ini. Anak bungsu saya, berusia hampir dua tahun, sudah kami biasakan untuk selalu memakai masker apabila bepergian keluar rumah. Setelah sekian lama, sampai saat ini apabila ia melihat saya memegang atau mengeluarkan masker, ia spontan berlari ke arah pintu depan rumah dan bersiap-siap untuk pergi. Sebuah perilaku yang telah terbentuk karena adanya pandemi ini. Entah kapan waktunya untuk merubah perilakunya lagi, menjadi normal kembali.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun