Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Nasi “Menu Wajib” Paling Indonesia

18 Mei 2011   11:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:30 962 1

Santap pagi, siang, dan malam selalu tak pernah luput dari menu utama yang satu ini, yaitu nasi. Ibarat orang bilang “Apa pun lauknya yang penting harus ada nasi nya”.

Ya, itulah ciri yang paling khas dari masyarakat Indonesia. Anda, saya dan sebagian besar penduduk Indonesia yang berjumlah sebanyak 238 juta jiwa (data BPS hingga Agustus 2010) sudah sejak jaman nenek moyang telah memakan nasi sebagai makanan pokok.

Kebiasaan mengkonsumsi nasi setidaknya tiga kali sehari, dengan nasi sebagai “menu wajib”, ibaratnya, apapun hidangannnya kalo tanpa nasi, maka ritual makan tersebut belum bisa disebut makan, mungkin akan dikategorikan sebagai ngemil saja.

Beras dan nasi memang telah menjadi bagian tersendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Jika belum memakan nasi, rasanya belum puas perut ini. Bertanyalah pada diri Anda, Apa betul??

Tepatnya sejarah menunjukkan nasi sudah dikonsumsi oleh bangsa Indonesia sejak zaman Majapahit dan kemudian diteruskan oleh masa kerajaan Mataram. Dimana saat itu pembangunan lebih diarahkan pada sektor pertanian. Hal ini merubah pola konsumsi masyarakat yang akhirnya mengandalkan pemenuhan kebutuhan pokok pada beras ataupun bahan makanan lain yang mengandung karbohidrat tinggi.

Bahkan sejak beras diangkat menjadi swasenbada utama pangan di zaman orde baru, hal ini sangat mendukung tingginya konsumsi masyarakat terhadap nasi. Hal ini membuat pasokan beras mudah didapatkan dimana-mana. Akibatnya, orang Madura yang dulu makan jagung sudah beralih ke beras, orang Maluku dan Papua juga sudah meninggalkan sagu. Ini karena distriusi beras benar-benar sudah merata di tanah air karena adanya Bulog yang banyak mendirikan gudang beras dimana-mana.

Ketergantungan masyarakat kita terhadap konsumsi beras semakin meningkat. Tingkat konsumsi beras Indonesia lebih dari 133 kg per kapita per tahun, atau terbesar di dunia.

“Indonesia’s rice consumption—more than 133 kilograms per capita per year—is among the highest in the world. IRRI estimates that Indonesia will need 38% more rice in the next quarter century, which means that the average yield of 4.4 tons per hectare must rise to more than 6 tons per hectare to fill the gap..”

(http:www.irri.org)

Akibat ketergantungan masyarakat Indonesia ini, IRRI memproyeksikan Indonesia memerlukan 38% tambahan lebih produksi beras dalam 25 tahun ke depan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan produksi padi nasional meingkat. Meski masih berstatus angka sementara, BPS melansir jumlah produksi padi meningkat 3,13% dari 64,40 juta ton pada 2009 menjadi 66,41 juta ton untuk 2010. adanya kenaikan dalam produksi beras per hektarnya, ternyata masih saja belum cukup untuk memenuhi pasokan lumbung beras nasional kita.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun