Masih hangat berita tentang penyetopan film impor di bioskop Indonesia perihal akan adanya kebijakan baru mengenai tarif baru pajak film impor dari hollywood tahun 2011. Berita tersebut langsung mendapat respon cepat dari berbagai pihak, termasuk pihak utama importir film hollywood yaitu MPAA (Motion Pictures Association of America) yang selama ini film-film nya selalu laris manis terjual di bioskop Indonesia.
Adalah masalah pajak yang menimpa film nasional lebih besar porsinya daripada film impor/hollywood selama ini. Pajak film nasional yang dibebankan dari biaya produksi membuat banyak pihak film nasional mengeluh. Berbeda dengan pajak film impor dipungut dari jumlah film yang masuk ke Indonesia.
Lantas apakah hanya hal pajak yang tidak seimbang itukan yang membuat pihak MPAA langsung bereaksi keras menahan sementara film-film impor yang sudah masuk dan siap untuk tayang dan siap menyetop film-film holywood yang akan masuk di Indonesia, jika pajak yang akan dikenakan tidak sesuai dengan kesepakatan pihak MPAA.
Santer beritanya yaitu pemerintah akan mengenakan pajak bea masuk film baru hollywood sebesar 5-15 persen di samping ketentuan pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan sebesar 23,75 persen dari nilai barang. Serta, pemilik film juga menyetor pajak penghasilan (15 persen) dan pajak tontonan kepada pemerintah daerah (10-15 persen).
Perhitungan tersebut menurut Rudy S. Sanyoto , sebagai Wakil Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) sudah diperhitungkan dengan matang, dan tetap menguntungkan bagi importir film. Bahkan, apabila pajak dinaikkan, ia memperkirakan dalam setahun importir film masih bisa meraup Rp 700 miliar dari film-film yang diputar di bioskop setelah dipotong pajak Rp 100 miliar.
Awalnya saya pribadi tidak terlalu menanggapi isu ini dengan serius, namun memperhatikan setelah selang 1 minggu berita tersebut beredar, benar adanya saat saya cek di website http://www.21cineplex.com/ bahwa film yang beredar didominasi oleh judul-judul seperti Pocong Ngesot, Jenglot Pantai Selatan, Arwah Goyang Jupe Depe, Rindu Purnama, Kalung Jailangkung, Love Story, dan daftar untuk film hollywood yang ada termasuk film stok lama yang masih tetap terpampang adem ayem.
Saya tidak bisa membayangkan kalo sampai benar adanya film Hollywood tidak akan tayang lagi di perbioskopan Indonesia. Sedangkan kualitas film nasional masih saja mengekspoilasi perhantuan nasional, pocong, dan teman-temannya, belum lagi film-film sexy yang dangkal isi film nya yang hanya mengekspose sensasi tubuh pemain semata.
Saya berharap masalah ini segera terselesaikan dengan baik tanpa merugikan pihak ke-tiga penonton / pecinta film bioskop hollywood yang banyak mendapat inspirasi serta hiburan yang memuaskan setelahnya. Karena saya sudah menunggu film Number 4 muncul niee :)