Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Meraih manisnya syukur,menggapai manisnya sabar

30 Mei 2011   02:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:04 271 1

Secara global kehidupan semua manusia adalah sama, kita hanya akan melewati dua sisi hidup yang Allah Ta’ala pasangkan; bahagia dan bencana, mudah dan sulit, suka dan duka. Kita pun sudah, sedang, dan akan terus merasakan keduanya silih berganti. Kehidupan ini bagaikan roda yang berputar, kadang posisi kita di atas dan kadang di bawah, semua akan mendapatkan gilirannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَتِلْكَالأيَّامُنُدَاوِلُهَابَيْنَالنَّاسِ

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia ..” (QS. Ali Imran (3): 140)

Ada pun sebagai orang yang beriman, kita akan menyikapi dua sisi hidup ini secara ikhlas dan penuh ridha. Kita yakini, baik atau buruk dari apa yang dialami , pastilah hal itu memiliki pelajaran berharga dan rahasia manis yang  dapat diketahui cepat atau lambat dan tidak akan ada yang sia-sia.

رَبَّنَامَاخَلَقْتَهَذَابَاطِلا

“Tuhan kami, tidaklah apa yang Engkau ciptakan ini sia-sia.” (QS. Ali Imran (3): 190)

Ya, semua keadaan pasti membawa manfaat untuk kita, sebab Allah Ta’ala tidaklah mengadakannya untuk main-main dan kesia-siaan. Oleh karena itu, sikap terbaik terhadap bencana adalah bersabar, sikap terbaik terhadap kebahagaiaan adalah bersyukur. Inilah cara yang ditempuh orang beriman, sikap yang diambil para shalihin (orang-orang shalih), dan jawaban yang diberikan para fuqaha (orang-orang yang faham agama).

Manusia yang di dadanya dipenuhi rasa syukur adalah manusia kaya sebenarnya. Hatinya lapang dan jiwanya bersih dari angan-angan kosong dan impian yang melemahkan gairah hidup. Tidak ada waktu baginya memikirkan apa-apa yang dimiliki orang lain, tetapi dia sibuk dengan berbagai nikmat yang Allah Ta’ala yang tak terhingga yang dia dapatkan dariNya. Sehingga lahirlah jiwa yang kaya, dan jiwa yang kaya itulah kaya yang hakiki.

Percayalah, sikap syukur tidak akan memberikan apa-apa bagi pelakunya kecuali hanya kebaikan dan kebaikan. Dia akan dicintai manusia, sebab kehadirannya bukan ancaman bagi orang lain. Dia akan dicintai Allah Ta’ala, sebab dia tidak kufur atas nikmatNya, bahkan Allah Ta’ala akan menambah nikmat untuk hamba-hambaNya yang bersyukur.

Bagaimana dengan kita???  Sudahkah kita bisa dengan ikhlas dan penuh rasa syukur dan kesabaran menerima ketentuan dariNYA....???????????

(Disarikan dari berbagai sumber)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun