Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Bermain dengan Kera di Pura yang Mirip Masjid di Uluwatu

19 Juli 2013   13:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:19 334 3

Pura Luhur Uluwatu , salah satu tempat wisata unggulan yang terletak di bagian selatan Pulau Dewata cukup ramai dikunjungi wisatawan ketika kendaraan kami tiba di pelataran parkir yang penuh dengan bus besardan kecil, kendaraan travel dan juga pribadi baik bernomor Bali maupun luar daerah.

Dengan membayar tiket 15 ribu rupiah untuk wisatawan domestik (sementara wisatawan asing dikenakan tiket 30 ribu), kami pun kemudian memasuki pintu gerbang dengan gapura model Bali. Petugas di dekat pintu hanya mengambil tiket kami tanpa merobeknya. (Mungkin bisa di daur ulang), dan kemudian sebuah jalan yang dihiasi pepohonan rindang menyambut semua wisatawan ke salah satu pura yang paling terkenal di Bali ini.

Hati-hati dengan topi dan kacamata!”, berulang-ulang petugas mengingatkan para wisatawan yang akan masuk ke kompleks pura. Rupanya, pura ini menjadi habitat kera yang cukup nakal karena sering mencuri topi, kacamata dan barang-barang lain.Ternyata benar juga, beberapa kali saya melihat ada saja wisatawan yang kehiangan topi atau kacamata karena dicuri sang kera.

Di dekat pintu masuk ini, ada seorang anak bule yang sedang membagikan kacang kepada seekor kera. Dia bermaksud hanya memberikan sebagian saja sehingga kera yang lain kebagian dan menyimpan sisa makanan di balik kausnya. Namun sang kera tiba-tiba saja merebut semua kacang dan kemudian melarikan diri ke balik pepohonan sementara sang anak diam terpaku karena kaget.

Kami terus berjalan menuju arah tepi laut yang berupa tebing yang curam. Disini, pemandangan yang cantik menanti, deburan ombak , tebing, dan sinar sang surya membuat suasana di pantai selatan pulau Bali ini memang tetap mempesona.

Setiap senja, ketika matahari akan tenggelam, di tempat ini diadakan pagelaran tari kecak dan tari api”, jelas seorang pemandu wisata sambil menunjukan sebuah tempat yang berbentuk lingkaran mirip dengan amfiteater terbuka dari jaman Romawi dalam ukuran mini.Wah sayang hari masih siang dan kita harus pergi ke tempat lain sehingga tidak bisa menunggu pertujukan Tari Kecak ini!.

Kami terus berjalan-jalan di kompleks pura ini dan kemudian tiba di sebuah tangga yang cukup curam Di depannya terdapat sebuah prasasti dengan nama Pura Luhur Uluwatu .Di prasasti ini tertulis sekilas sejarah purah yang sudah berusia hampir 1000 tahun ini. Tertulis bahwa pura ini dibangun oleh Mpu Kuturan pada tahun 944 Saka atau 1032 Masehi.

Pengembaraan di Uluwatu pun dilanjutkan dan kami pun sampai di sebuah bangunan yang beratap susun mirip masjid . Namun ternyata ini merupakan sebuah pura dan yang menarik adalah banyaknya kera yang sedang bermain-main dan berkelana di sekitar pura ini.

Akhirnya, kami pun bersiap-siap meninggalkan pura ini setelah sebelumnya mengembalikan kembali selendang berwarna kuning yang dipinjamkan waktu masuk tadi, Di pintu gerbang , seorang nenek yang menjual pisang untuk makanan keran dengan tetap bersemangat terus menawarkan dagangannya . Di dekatnya terdapat sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa wanita yang sedang haid dilarang masuk ke pura.

Bali, Juli 2013

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun