Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Bila Sholat Harus Mengisi Buku Tamu

28 November 2013   06:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:35 1281 19

Bandara International Chiangmai sore itu terlihat cukup ramai.Setelah selesai check ini untuk penerbangan ke Singapura, masih ada waktu untuk melihat-lihat terminal internasional yang ternyata menyambung dengan dengan terminal domestik.

Kebetulan ada petunjuk arah menuju “Muslim Praying”, sehingga saya bisa menunaikan sholat sebelum pesawat bertolak meninggalkan kota yang menjadi pintu gerbang kawasan utara negri gajah putih ini. Hebatnya lagi, petunjuk arah ini juga berdampingan dengan“Buddhism Praying” yang mungkin melambangkan kerukunan beragama di negri ini.

Setelah berjalan di lorong yang di kiri kanannya terdapat perkantoran beberapa maskapai penerbangan , akhirnya tibalah saya di kedua ruangan tempat ibadah yang kebetulan juga berdampingan itu. “Reception Room for Buddhist Monks”, demikian terpampang di depan ruang ibadah untuk ummat Buddha yang ternyata memberikan tempat yang sangat terhormat bagi para biksu.

Sementara itu, tepat di sebelahnya, dengan latar belakang lampu berwarana hijau tertulis “Muslim Prayer Room” dalam Bahasa Inggris, dan juga Mushollah dalam Bahasa Arab dan juga tulisan dalam Bahasa Thai dengan gambar orang sedang berlutut dan logo bulan bintang di dekatnya.

Di dekat pintu ada rak untuk tempat sandal dan sepatu dan juga pengumuman dalam bahasa Thai dan Inggris yang menjelaskan bahwa ruangan ini tidak diperbolehkan untuk tempat menginap dan juga keharusan menjaga kebersihan .

Memasuki ruangan musholah yang tidak terlalu besar ini, terlihat suasananya yang tenang dan juga hiasan yang sederhana. Terdapat lukisan karpet bergambar Masjidil Haram di dinding samping dan juga hiasan ayat suci Al-Quran dan foto Kabah dilengkapi dengan jam yang menunjukan watu sholat.Sebuah petunjuk arah kiblat juga tertera di lantai.

Di bagian lain terdapat sebuah lemari berisi buku-buku agama dan sebuah rak kecil dimana tersusun rapih sajadah dan perlengkepan sholat.Di pojok lain terdapat tempat wudhu yang hanya terdiri dari dua keran dan sebuah kursi plastik.Sebuah partisi dari rotan yang bisa dipindah-pindah juga melengkapi ruang musholah di Bandara tersibuk nomer empat di Thailand ini. Selain itu sebuah pengumuman “Dilarang Merokok” lengkap dengan denda sebesar 2000 Baht juga ikut menghias dinding yang berwarna krem yang memberikan nuansa yang tenang.

Selain itu, di dalam ruangan ini juga terdapat sebuah meja tamu yang dilengkapi dengan dua kursi sofa yang cukup empuk berwarna kecoklatan. Kursi kayu dengan ukiran ini membuat kita seakan-akan berada di sebuah ruang tamu yang nyaman. Di atas meja terdapat sebuah kartun kecil bertuliskan “Please sign your name”.Di dekatnya terdapat sebuah buku lengkap dengan dua buah pena berwarna merah dan biru.

Ternyata di buku ini, pengunjung musholah diharapkan menuliskan nama dan alamat serta juga asal negara. Sekilas saya melihat bahwa saya adalah pengunjung ketujuh pada hari itu dimana pengunjung sebelumnya kebanyakan berasal dari negara Timur Tengah.Sementara di halaman sebelumnya juga sempat diintip dan rata-rata pengunjung setiap hari nya tidak lebih dari 20 atau 30 orang saja.

Thailand memang negara dimana penganut Islam hanya menjadi minoritas. Namun adanya ruangan mushola di Bandara menunjukan bahwa setidaknya pengelola bandara mengakui keberagaman di negara itu dan sekaligus menerima para wisatawan asing dengan tangan yang terbuka dan lebih bersahabat.Uniknya kita harus mengisi buku tamu di mushola ini.

Chiangmai, Akhir November 2013

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun