Wajahnya berhiaskan senyum merah tebal, hidung bulat besar, dan rambut keriting warna-warni. Setiap sore, Pak Samin berdiri di sudut lampu merah berkostum badut lusuh. Di sisi Pak Samin, Anwar, anak semata wayangnya, memegang kaleng kencleng kecil. Suara riang badut yang dia ciptakan, tawa kecil Anwar, dan dentingan uang logam dalam kaleng adalah gema harmoni setiap senja. Mereka terlihat bagai duet sempurna, membawa sejumput keceriaan di tengah ruwetnya kota.
KEMBALI KE ARTIKEL