Ada yang lebih membuat hati saya terharu ketika membeli ayam dilangganan saya, ketika saya menanyakan harga satu ekor ayam mati, ternyata harganya masih manusiawi. Ibu yang menjual bilang "ga tega mbak jual mahal-mahal, ayam hidup sekarang sudah mencapai Rp20.000,-, terus saya mau jual berapa? kalau kemahalan, kasihan orang yang beli". Miriiiiiis sekali hati saya mendengar kalimat penjual ayam tadi. Kenapa para pemangku kewenangan di negara ini tidak memiliki sikap empati terhadap sesama. Empati yang diutarakan tukang ayam tersebut membuktikan bahwa berdagang harus memakai hati, bukan hanya rasio untung-rugi seperti yang dilakukan para pejabat di negeri ini.
Peran negara yang diamanatkan dalam konstitusi jelas sudah diabaikan. Ketika rakyat dirugikan, ke mana mereka harus mengadu? tak usah mengadulah bahasanya, tapi pantaskah rakyat menjerit ketika hidup mereka terjepit? Bukankah negara ini bukan suatu badan usaha berupa PT yang profit minded? Ke mana kepedulian pemerintah terhadap melambungnya harga bahan pokok saat ini?
Banyak artikel di koran menyalahkan sistem perekonomian bangsa ini yang sudah terlalu Liberalis, namun menurut saya, dosa terbesar adalah orang-orang yang telah diberi amanah oleh Tuhan belum mampu berempati dan bersimpati terhadap kebutuhan orang banyak. Mereka belum bersahabat dengan hati nurani dalam menjalankan amanahNya. Ketika moral sudah minim, sistem sebagus apapun tak akan berhasil dan ujung-ujungnya rakyatlah yang dirugikan.
Semoga bangsa ini lekas sadar atas kekhilafan yang sedang terjadi.