Aku : "Apa kamu tidak mikir kalau orang tuamu menunggu kiriman dari kamu? Mereka banting tulang cari uang dan membesarkanmu, sedangkan kamu sudah kerja uangnya hanya untuk NII?"
Nia (pemberian nama dari NII)
"Kamu tahu tidak caranya masuk surge? Ini jalan yang benar!" Sembari membentak aku yang mungkin waktu itu aku hanya anak kecil, dan masih SMP!
Aku : "Coba kamu bayangkan, kamu dengan gaji sgitu, harus dikberikan kepada NII separuhnya, sedangkan kamu itu perempuan. Butuh makan, butuh parfum dll," Kata-kataku mulai sedikit melunak dari sebelumnya.
Nia pun akhirnya mulai sedikit berpikir ulang dengan kata-kataku itu.
Aku : "Coba deh, kamu renungkan sekali lagi. Apa kamu ngga tega sama orang tuamu di kampong?"
Nia : "Iya sih, tapi aku ngga bisa keluar. Kalau mau keluar pasti dikurung dan diancam dibunuh!" saat itu pula aku mulai memutar otak bagaimana cara membebaskan satu orang ini dari geanggaman NII.
Aku : "Begini saja, besok habis kerja, kalau masih dikejar-kejar sama orang NII, kita pergi ke kontrakannya Aminah di Penjaringan. Kamu menginap saja di sana, nanti biar temannya Aminah yang jagain kamu," jawabku dengan semangat.