Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Artikel Utama

Pengalaman Pribadi Dekat dengan Negara Islam Indonesia (Bagian 2)

20 April 2011   09:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36 1190 6
Alhamdulillah, bisa menyelamatkan teman dari jeratan NII Selama di Jakarta, dan berada di lingkungan orang-orang yang terjebak Negara Islam Indonesia (NII), adalah ketika bias membebaskan mereka dari jeratan NII, meski risikonya dibenci dan akan dibunuh. Ketika itu, tiga orang perempuan datang ke kontrakan kakak saya dan berbincang-bincang soal NII. Mereka menganggap aku akan masuk NII dalam waktu dekat. Ternyata mereka salah besar karena aku sangat keras kepala dan susah diatur. Bagi mereka, kedatanganku akan menambah jumlah anggota baru NII (Alhamdulillah ternyata salah besar!). Ketiga tetanggaku yang kerja di pabrik di daerah Muara Baru Jakarta Utara, yang gajinya sekitar Rp 100.000/ Minggu harus membayar sodaqoh sekitar Rp 50.000/Minggu atau setiap gajian (karena gajinya per Minggu). Tanpa ada rasa beban sama sekali, dengan enaknya anggota NII menarik dari uang mereka, termasuk uang dari hasil jerih kakakku. Suatu hari, aku hamper cekcok dengan mereka lantaran aku jelaskan kalau NII itu sesat.

Aku : "Apa kamu tidak mikir kalau orang tuamu menunggu kiriman dari kamu? Mereka banting tulang cari uang dan membesarkanmu, sedangkan kamu sudah kerja uangnya hanya untuk NII?"

Nia (pemberian nama dari NII)

"Kamu tahu tidak caranya masuk surge? Ini jalan yang benar!" Sembari membentak aku yang mungkin waktu itu aku hanya anak kecil, dan masih SMP!

Aku : "Coba kamu bayangkan, kamu dengan gaji sgitu, harus dikberikan kepada NII separuhnya, sedangkan kamu itu perempuan. Butuh makan, butuh parfum dll," Kata-kataku mulai sedikit melunak dari sebelumnya.

Nia pun akhirnya mulai sedikit berpikir ulang dengan kata-kataku itu.

Aku : "Coba deh, kamu renungkan sekali lagi. Apa kamu ngga tega sama orang tuamu di kampong?"

Nia : "Iya sih, tapi aku ngga bisa keluar. Kalau mau keluar pasti dikurung dan diancam dibunuh!" saat itu pula aku mulai memutar otak bagaimana cara membebaskan satu orang ini dari geanggaman NII.

Aku : "Begini saja, besok habis kerja, kalau masih dikejar-kejar sama orang NII, kita pergi ke kontrakannya Aminah di Penjaringan. Kamu menginap saja di sana, nanti biar temannya Aminah yang jagain kamu," jawabku dengan semangat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun