Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Jogja Berhati Nyaman...

1 Desember 2010   05:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:08 104 0
Pada tahun 1996-an, saya diajak ke Jogja oleh salah seorang mahasiswa yang sedeang PKL dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saya yang dari lahir tidak pernah sama sekali merambah dunia luar, dan begitu senang diajak ke Jogja. Waktu itu saya masih berusia 12 tahunan (masih ketjil sekali). Sampai di Jogja, saya menginap di asrama Pasturan Sanata Dharma selama beberapa hari, diajak jalan-jalan, bertemu mahasiswa, dosen dan sebagainya.

Tersirat dalam benakku waktu itu, betapa enaknya jadi mahasiswa, terlebih bisa kuliah di Jogja. Jogja yang merupakan pusat kebudayaan tidak saja di Indonesia, tetapi menjadi pusat budaya bagi kalangan dunia lain. Ah, angan-angan itu membuatku begitu semangat.

Setelah lulus SD, sya mendaftar di sekolah menengah pertaman/SMP di sekolah swasta khatolik di Jogja. Meski tidak jadi karena saya waktu itu masih ketjil dan masih 'suka kangen' sama ortu jd saya balik lagi ke kampung halaman dan sekolah di kampung.

Usai menamatkan SMP, saya diberikan kesempatan melanjutkan sekolah ke SMA, kota yang menjadi incaran dari ketjil adalah Jogja. Why? Jogja adalah gudangnya ilmu pengetahuan, dimana sejarah dan ibu kota Indonesia ada di Jogja. Impianku mengenyam pendidikann di Jogja akhirnya kesampaian juga. SMA di Jogja! Jogja yang kaya akan pariwisata, budaya, seni, dll membuatku semakin betah dan sudah menjadi 'rumah kedua' bagi saya. Saya jarang pulang ke kampung krn saking cintanya kepada Jogja. Nyaman, adem ayem, tenteren rahaja, serta masyarakatnya yang sopan danmasih memiliki norma2 kesopanan, tata krama dll.

Usai lulus SMA, Alhamdulillah bisa lanjut kuliah di Jogja dengan begitu bangganya! Bukan ilmu yg aku serap sebagai kebanggan, tetapi berlama-lama di Jogja menjadi keasyikan tersendiri! Bagi sebagian orang yg tidak pernah tinggal di Jogja (mungkin iri, hehehe) atau bahkan sinis dengan berbagai bencana yg ada? Ga peduli Jogja itu dikatakan'kota malapetaka!", bagi saya Jogja ada kota dengan seribu keramah-tamahan yg mungkin masih jarang dimiliki oleh daerah2 lain.

Sultan yang mengayomi

Berbicara soal Sri Sultan, saya memiliki perspektif tersendiri. Dia memang orang yang biasa-biasa saja, tetapi pembawaannya yang istimewa. Kenapa? Dia tidak pernah mengeluh kepada rakyatnya, apalgi meminta dipuja2! Dia adalah sosok yang begitu mengayomi masyarakatnya. Urun rembug, dialog dll menjadi hal yg paling penting dilakukan. Itu sebabnya mengapa warga Jogja begitu menghargai beliau. Bagi orang2 yang pernah tinggal atau sekedar mengenyam pendidikan selama 3 tahun atau 4 tahun, pasti merasakan betapa Jogja itu menentramkan.

Tidak ada di Jogja yang ketika Sultan lewat di jalanan, suara sirine patwal atau mobil pengawalnya meraung-meraung seperti kesurupan. Atau menyingkirkan para pejalan kaki dengan membentak-bentak sopir, atau pengendara sepeda. Semua berjalan lancar tapi sopan di Jalanan. Itulah yang tidak ada pada petinggi kita yang kalo dijalanan sirinenya kaya orang mau sekarat!

Apapun yang terjadi pada Jogja, Jogja tetap menjadi bagian hidup bagi siapa saja yang pernah singgah di Jogjakarta. Bagi orang2 yang sinis terhadap Jogja, apalagi membencinya, silakan ke laut saja!

Untuk Jogja yang selalu kucintai...

Jogja untuk semua!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun