Oleh
Agus Setiaji, Drs, M.Si, AAIJ, QIP, RFA, RIFA, CHRP
Head of Human Capital PT. BNI Securities
Komandan Batalyon 3 IKIP Jakarta 1988/1989
Alangkah bangganya seorang lulusan SMAN 46 Jakarta, pada suatu hari di tahun 1985, membaca pengumuman Sileksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru), pada lembaran pengumuman tercantum nama Agus Setiaji diterima sebagai Mahasiswa IKIP Jakarta Jurusan Kurikulum Teknologi Pendidikan.
Beberapa bulan kemudian, kebanggan saya bertambah, ketika pada pengumuman penerimaan anggota baru Menwa Batalyon 3 IKIP Jakarta, saya dinyatakan diterima setelah melewati beberapa tahap seleksi di tingkat kampus yang cukup keras. Dari 300 pendaftar, yang dinyatakan diterima sebagai anggota hanya 60 orang, bayangkan apakah tidak bangga dari 3.000 mahasiswa baru IKIP Jakarta tahun 1985, hanya 60 yang menjadi anggota baru Menwa IKIP Jakarta.
Rasa bangga saya tidak berhenti, bertambah terus setiap tahun, bertambah bangga setelah aktif di Menwa, dan dipercaya para Senior Menwa IKIP Jakarta menjadi Komandan Peleton, Komandan Kompi, Wakil Asisten Operasi dan bertambah bangga sekali, setelah terpilih menjadi Komandan Batalyon 3 IKIP Jakarta periode 1988 – 1989. Rasa bangga tak terhenti sampai, hingga pada Rapat Ikatan Keluarga Alumni Menwa Batalyon 3 IKIP Jakarta tahun 2012, dipercaya Senior Alumni Menwa Batalyon 3 IKIP Jakarta menjadi Bendahara Ikatan Keluarga Alumni Menwa Batalyon 3 IKIP Jakarta. Jadi banyak sekali rasa bangga yang saya dapatkan dari Menwa mulai tahun 1985 – 2012.
Ketika Kasmenwa Jayakarta, Sdr. Rasminto pada acara Silaturahmi Alumni Menwa Batalyon 3 IKIP Jakarta bulan September 2012, meminta saya untuk menyampaikan opini terhadap Menwa, saya juga sangat bangga, dihargai sebagai Senior Menwa Jayakarta.
Judul opini di atas, terinspirasi dari cerita mengenai binatang yang bernama Dinosaurus, dimana pada beberapa ribu tahun yang lalu, Dinoraurus menjadi binatang yang paling besar, berpengaruh dan berkuasa di muka bumi ini.
Pada perkembangannya, Dinosaurus, lenyap atau punah, dan menurut penelitian para ahli purbakala, Dinosaurus punah dari muka bumi ini, karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah, beradaptasi dalam banyak hal, sehingga sampai dengan hari ini kita tidak akan pernah melihat lagi secara real, binatang yang bernama Dinosaurus, kecuali melalui foto, film, video dan cerita para ahli sejarah purbakala semata.
Begitu pula dengan organisasi kemahasiswaan yang kita banggakan, yang bernama Menwa, jangan sampai beberapa puluh tahun lagi, atau beberapa tahun lagi, tidak akan terdengar atau bahkan tidak ada lagi Menwa, alangkah sedihnya para pendiri dan para alumni, apabila hal tersebut benar menjadi kenyataan. Waktu yang akan menjawab, apakah Menwa akan tetap ada atau tidak ada, di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini.
Dengan pertimbangan organisasi Menwa harus tetap abadi sepanjang masa, sebagaimana Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka tampaknya Menwa harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan bermacam perubahan di dunia ini, dimana tidak ada yang dapat abadi di dunia ini, yang abadi hanya perubahan itu sendiri.
Memperhatikan hal tersebut, maka perlu dilakukan langkah strategis, agar dapat terus berdirinya organisasi yang bernama Menwa.
Untuk mencapai harapan tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, dimana Menwa memiliki beberapa tantangan & hambatan antara lain : diakui atau tidak, dari dulu sampai sekarang tidak semua pihak senang dengan keberadaan Menwa, koordinasi diantara anggota Menwa sulit, keputusan lambat, wewenang tak jelas dan anggaran terbatas.
Namun dibalik hambatan tersebut, Menwa memiliki potensi untuk menjadi organisasi terbaik di Indonesia, potensi tersebut adalah : disiplin yang kuat, penghormatan yang tinggi kepada Senior, legalitas organisasi yang jelas, ikatan solidaritas yang kuat, anggota yang tersebar di seluruh Propinsi di Indonesia, sehingga memiliki jaringan yang luas.
Memperhatikan hal tersebut, maka diperlukan usaha dan proses perbaikan yang sangat besar dari Menwa, dimana dibutuhkan perubahan secara bertahap dari Menwa, dalam hal ini melakukan penyesuaian diri dengan perubahan zaman, jika bahasa kerennya adalah Menwa harus melakukan Transformasi dan Reformasi.
Next, yang dibutuhkan dari Menwa untuk mensukseskan program tersebut adalah : full komitmen dan kerjasama, karena program tersebut merupakan program Menwa semata.
Transformasi dan Reformasi apa yang diperlukan Menwa dewasa ini ? yang diperlukan Menwa adalah melakukan Transformasi dan Reformasi dibidang :
1.Organisasi Menwa
2.Pembinaan Anggota Menwa
3.Pembinaan Alumni Menwa
Pertama, bagi Menwa diperlukan suatu model organisasi yang sesuai dengan perkembangan zaman, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi.Trend organisasi dewasa ini adalah Organisasi Berbasis Customer Centric. Menwa harus menjadi organisasi kemahasiswaan yang fokus kepada kebutuhan Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa serta berfungsi mendeliver layanan yang dibutuhkan Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa.
Organisasi Menwa merupakan organisasi kemahasiswaan, dimana interaksi, focus kepada kebutuhan Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa adalah menjadi prioritas.
Implementasi dari program ini dapat dilakukan dengan melikuidasi Batalyon atau Satuan Menwa yang tidak fokus kepada kebutuhan Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa serta tidak berfungsi mendeliver layanan yang dibutuhkan Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa.
Sebaliknya Menwa juga harus mengembangkanorganisasi Batalyon atau Satuan yang fokus kepada kebutuhan dan mendeliver layanan yang dibutuhkan Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa.
Apabila Menwa telah dapat fokus kepada kebutuhan dan mendeliver layanan kepada Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa, serta dapat memberikan kepuasan yang optimal, diharapkan eksistensi Menwa dapat dilihat dan dirasakan manfaatnya oleh Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa.
Kedua, Transformasi dan Reformasi dalam bidang Pembinaan Anggota Menwa, dimana Batalyon atau Satuan merupakan ujung tombak organisasi dalam melayani Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa serta melayani anggota Menwa sendiri.
Trend pengelolaan Human Capital dewasa ini adalah Human Capital Berbasis Customer Centric.Implementasinya adalah dengan memiliki anggota dengan profile Customer Centric, baik unsur anggota, staff ataupun pimpinan Menwa, denganciri umum profle Customer Centric : team work, disiplin, penuh semangat kerja, rasa percaya diri, suka bersosialisasi, bisa melakukan humor.
Tahap pertama dari pemenuhan anggota Menwa dilakukan dengan assesment terhadap calon anggota Menwa. Seleksi dapat dilakukan bersama Fakultas Psikologi UI, UGM atau Konsultan Psikologi, untuk mencari anggota Menwa yang memiliki profile Customer Centric.Apabila dalam hasil assesment, calon Menwa tidak memenuhi profile Customer Centric, maka calon tersebut tidak dapat diterima menjadi anggota Menwa.
Tidak ada pilihan lain dewasa ini, dimana segenap anggota Menwa harus memiliki profile Customer Centric baik sebagai unsur staff maupun pimpinan.
Setelah dilakukan assesment & rekrut, dilanjutkan training dengan materi pelatihan yang disusun berdasarkan kebutuhan Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa, yang antara lain meliputi : latihan dasar kemiliteran, kepemimpinan, organisasi, bela diri, bahasa Inggris, wirausaha, komunikasi, bermacam kompetensi yang dibutuhkan dan masih banyak yang lain.
Dengan implementasi program tersebut, maka anggota Menwa akan menjadi anggota yang terseleksi secara transparan, profesional, menjunjung tinggi kompetensi dan memiliki profile Customer Centric.
Ketiga, Transformasi dan Reformasi dalam Pembinaan Alumni Menwa. Tidak semua alumni Menwa mendapatkan pekerjaan yang layak di masyarakat, namun terdapat pula alumni yang sukses di pemerintahan atau swasta serta terdapat alumni Menwa yang belum berhasil diserap lapangan pekerjaan.
Mungkin ini merupakan satu faktor mengapa jumlah anggota Menwa menurun setiap tahun, dimana sebagai contoh adalah Menwa IKIP Jakarta yang dahulu dikategorikan setingkat Batalyon yang memiliki ratusan anggota, pada masa sekarang hanya digolongkan setingkat Satuan yang anggotanya dapat dihitung dengan jari tangan dan jari kaki.
Para mahasiswa calon anggota Menwa mungkin berfikir, lebih baik mengikuti kegiatan lain yang lebih bermanfaat untuk masa depan ketimbang menjadi anggota Menwa yang masa depannya tak terjamin, apalagi setelah aktif malang melintang 24 jam sehari berbakti di Menwa, kadang yang namanya kaki menjadi kepala dan kepala menjadi kaki.
Memperhatikan hal tersebut, maka masa depan anggota Menwa harus mendapatkan perhatian dari Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa, jika ingin Menwa tetap abadi sepanjang masa.
Strategi Pembinaan Alumni Menwa harus bergerak ke arah Customer Centric. Implementasi program tersebut adalah dengan memberikan banyak pelatihan kepada alumni Menwa dengan berbagai macam ketrampilan dan sertifikasi yang dibutuhkan oleh lapangan kerja, sehingga alumni Menwa yang telah lulus kuliah dapat diserap oleh lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia, tanpa terkecuali. Kegiatan tersebut harus pula mendapatkan dukungan dari Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa.
Dengan program ini, diharapkan alumni Menwa dapat diserap sebagai tenaga pengajar atau tenaga administrasi di Universitas atau menjadi anggota TNI/Polri atau bekerja di BUMN/BUMD di seluruh Indonesia atau menjadi anggota DPR/DPRD atau bahkan duduk di Kabinet Pemerintahan. Jadi kebutuhan dunia kerja dari Sabang sampai Merauke dapat diisi oleh Alumni Menwa.
Implementasi tahap awal dari program ini yang relatif mudah adalah dengan memberikan beasiswa kepada seluruh anggota Menwa oleh Civitas Akademika Universitas dan Stakeholder Menwa.
Dengan Transformasi dan Reformasi Berbasis Customer Centric, diharapkan organisasi Menwa akan menjadi organisasi kemahasiswaan yang keberadaannya akan tetap abadi sepanjang masa.
Tampaknya rasa bangga saya terhadap Menwa akan sepanjang masa, sepanjang keberadaan Menwa yang tetap abadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jadi, janganlah takut dengan perubahan, takutlah bila di Menwa tidak ada perubahan. Bila Menwa tidak berubah, Menwa akan punah.
Di atas adalah tulisan dalam buku Setengah Abad Resimen Mahasiswa Jayakarta. Buku tersebut dapat diunduh pada link berikut:
http://rasminto-rasminto.blogspot.com/2014/01/buku-setengah-abad-menwa-jayakarta.html