Di kamar nomor 2020 seorang perempuan berusia 31 Tahun sudah  menunggunya dengan sepotong gaun coklat tipis yang dililitnya dengan rok mini sebatas lutut. Ternyata lelaki yang ditunggunya adalah ayah Faqih suami dari Amina. Ia menunggu dengan sebatang rokok yang dinikmatinya dengan hembusan asap keluar dari mulut.
Rokok yang di hisapnya meninggalkan bekas  merah pada puntung. Setelah sebatang selesai dihisap. Pintuk kamarnya di ketuk. Ia melangkah dan membuka. Setelah pintu terbuka. Ahmad langsung menyergap masuk kedalam kamar.  Lalu menjatuhkan tubuhnya dikasur. Setelah pintu dipastikan tertutup.
Setelah pertemuan di kamar Hotel. Ahmad menyodorkan sejumlah uang kepada salma dan beranjak pergi meninggalkannya. Dengan  sepotong kalimat " Nanti aku hubungi lagi " katanya.
Di sepanjang jalan dua wajah perempuan itu kembali hinggap di pikirannya. Ia membayangkan perempuan yang dikawininya lima tahun lalu. Dan satu anak yang berusia  2 tahun.
Ia sadar kalau dirinya telah berkhianat kepada anak istrinya dan perkawinan mereka. Padahal Ia adalah lelaki yang selalu sujud pada yang gaib. "Hidup kadang demikian  membuat manusia menentukan pilihan yang sesaat demi  memenuhi hasrat. "gumamnya.
Motornya masuk keparkiran rumah, saat pukul Empat Dua puluh, saat Ahmad  melirik arlojinya, dan  Setelah mausk Ia menemukan dua wajah yang lelap dalam tidur. Ia menarik selimut dan menutupi dua tubuh yang terbaring di kasur itu seraya mengecup kening mereka.
Di ruang tamu. Ia merebahkan tubuhnya. Dan terbangun  Pukul 09:00 kala cahaya matahari menjubahi tubuhnya setelah kain gorden dibuka istrinya.  Setelah mandi dan sarapan Ahmad langsung  menuju motornya menyusur jalan yang sudah dipadati ojeg dan mobil penumpang mikrolet.
Para tukang ojek sopir mikrolet  lebih dulu keluar mengais rejeki setelah sholat subuh. Agar kembali kerumah lebih awal sebelum  jam istrahat para pegawai. Mereka bisa menatap wajah-wajah istri dan anak berlama lama setelah kembali menyusri jalan yang penuh polusi.
****
Ahmad tiba di sebuah kantor yang dibangun menggunakan uang  rakyat.  Motor Ia parkir. Kantor yang sederhana ini, Tapi progres wakil rakyatnya mendorong PAD untuk kepentingan pembangunan. Namun dibaliknya bak kucing melihat ikan. Di ruangan Ia bertemu wakil rakyat, setelah pertemuan singkat.
Ia kembali menyusuri jalan yang kian sesak dipadati mobil plat hitam dan kuning. Belum lagi jumlah ojeg setiap tahun membengkak. Ia memarkirkan motornya di sebuah cafe di sudut kota. Kemudian mulai menulis.
Pukul Delapan belas  Hamphone berdering. Terlihat dilayar kaca pesan WhatsAp dari selingkuhnya. "Aminah sudah di kamar hotel 45 menit yang lalu." Ahmad sudah kembali setelah berdua malam itu.  Ia biasa seminggu sekali berada di kota ini bersama Ahamd menghabiskan waktu di Hotel. Sementara dua wajah menanti dirumah dengan hati tak karuan.
Keduanya bersama di kamar hotel pukul Sembilan belas dua puluh satu hingga suara azan subuh yang keluar dari pengeras mesjid yang tak jauh dari hotel membangun kan mereka.
Langit cerah. Embun panggi masih terperangkap di daun pohon halam hotel. Di jalan telah padat ojek dan mikrolet bertarung melawan waktu mengais rupiah. Tukang sapu dengan linca memainkan sapunya membersihkan sampa di bibir jalan. Ahamad keluar dengan kos oblong, meninggalkan hotel.
Dua wajah telah menantinya di rumah. Ia menyelinap masuk lewat pintu samping yang sudah terbuka sebelumnya. Padahal pintu itu sengaja di buka istrinya agar Ia melewatinya dan teranyata Ia terjebak.(*)