Pukul 03 subuh lelaki satu anak itu merayap keluar dengan motornya menyusuri jalan yang sudah mulai sunyi. Di Perjalan ia membayangkan wajah istri dan anaknya. Tiba-tiba wajah dua perempuan itu hilang seketika, setelah motornya masuk ke parkiran Hotel. Hotel satu satunya yang terbilang megah di kota jasa itu mengundang para pekerja kantoran, pengusaha, pebisnis dan perempuan seks komersial untuk nginap menjajakan tubuh mereka.
Di kamar nomor 2020 seorang perempuan berusia 31 Tahun sudah menunggunya dengan sepotong gaun coklat tipis melilit tubuhnya dengan rok mini di atas lutut. Ternyata lelaki yang ditunggunya adalah ayah fredi suami dari Jeni. Ia menunggu dengan sebatang rokok yang dinikmatinya dengan hembusan asap keluar dari mulutnya.
Rokok yang di hisapnya meninggalkan bekas merah pada puntung. Setelah satu batang rokok selesai dihisap. Pintuk kamarnya di ketuk. Ia melangkah dan membuka. Setelah pintu terbuka. Gaard langsung menyergap masuk kedalam kamar. Lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Setelah pintu dipastiian tertutup.
Setelah pertemuan di kamar Hotel. Gaard menyodorkan sejumlah uang kepada sint dan beranjak pergi meninggalkannya. Dengan sepotong kalimat " Nanti aku hubungi lagi " katanya.
Di sepanjang jalan dua wajah perempuan itu kembali hinggap di pikirannya. Ia membayangkan perempuan yang dikawininya lima tahun lalu. Dan satu anak yang berusia 2 tahun.
Ia sadar kalau dirinya telah berkhianat kepada anak istrinya dan perkawinan mereka. Padahal Ia adalah lelaki yang selalu sujud pada yang gaib. "Hidup kadang demikian membuat manusia menentukan pilihan yang sesaat demi memenuhi hasrat. "gumamnya.
Motornya masuk keparkiran rumah, saat pukul Empat Dua puluh, saat Gaard melirik arlojinya. Setelah mausk Ia menemukan dua wajah yang lelap dalam tidur. Ia menarik selimut dan menutupi dua tubuh yang terbaring di kasur itu seraya mengecup kening mereka.
Di ruang tamu. Ia merebahkan tubuhnya. Dan terbangun Pukul 09:00 kala cahaya matahari menjubahi tubuhnya setelah kain gorden dibuka istrinya. Setelah mandi dan sarapan Gaard langsung menuju motornya menyusur jalan yang sudah dipadati ojeg dan mobil penumpang mikrolet.
Para tukang ojek sopir mikrolet lebih dulu keluar mengais rejeki setelah sholat subuh. Agar kembali kerumah lebih awal sebelum jam istrahat para pegawai. Mereka bisa menatap wajah-wajah istri dan anak berlama lama setelah kembali menyusri jalan yang penuh polusi.
****
Gaard tiba di sebuah kantor yang dibangun menggunakan uang rakyat. Motor Ia parkir. Kantor yang sederhana ini, Tapi progres wakil rakyatnya mendorong PAD untuk kepentingan pembangunan. Namun dibaliknya bak kucing melihat ikan. Di ruangan Ia bertemu wakil rakyat, setelah pertemuan singkat.
Ia kembali menyusuri jalan yang kian sesak dipadati mobil plat hitam dan kuning. Belum lagi jumlah ojeg setiap tahun membengkak. Ia memarkirkan motornya di sebuah cafe di sudut kota. Kemudian mulai menulis.
Pukul Delapan belas Hamphone berdring. Terlihat dilayar kaca pesan WhatsApp dari selingkuhnya. "Bintang sudah di kamar hotel 45 menit yang lalu." Sint sudah kembali setelah berdua malam itu. Ia biasa seminggu sekali berada di kota ini bersama Gaard menghabiskan waktu di Hotel. Sementara dua wajah menanti dirumah dengan hati tak karuan.
Keduanya bersama di kamar hotel pukul Sembilan belas dua puluh satu hingga suara azan subuh yang keluar dari pengeras mesjid yang tak jauh dari hotel membangun kan mereka.
Langit cerah. Embun panggi masih terperangkap di daun pohon halam hotel. Di jalan telah padat ojek dan mikrolet bertarung melawan waktu mengais rupiah. Tukang sapu dengan linca memainkan sapunya membersihkan sampa di bibir jalan. Gaard keluar dengan kos oblong, meninggalkan hotel.
Dua wajah telah menantinya di rumah. Ia menyelinap masuk lewat pintu samping yang sudah terbuka sebelumnya. Padahal pintu itu sengaja di buka Jeni istri Gaard agar Ia melewatinya dan ternyata Ia terjebak. *)
_The End