Menanggap fungsi sastra yakni didactic heresy, menghibur sekaligus mendidik , direspon oleh feminisme dengan berkolaborasi bersama sastra menjadi sebuah kritik sastra feminis, sebagai upaya dalam menyikapi fenomena realitas yang terjadi pada kehidupan perempuan dan kedudukan perempuan di masyarakat melalui teks. Kritik sastra feminis hadir bukan untuk menciptakan perpecahan antara laki-laki dan perempuan, sejalan dengan Yoder (Suharto, 2005:5), secara sederhana kritik sastra yang berfokus pada feminis memiliki maksud untuk dapat melihat sastra dengan rasa kesadaran secara khusus bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan budaya sekitar,  teks sastra, dan hal-hal yang terjadi di kehidupan sosial. Selain itu kritik sastra feminis menjadi kekuatan untuk secara kuat meneguhkan pendirian bahwa perempuan  memiliki hak membaca sebagai seorang perempuan tanpa dicampuri apa pun, dapat mengarang sesuai dengan dirinya berhak menafsirkan sastra sebagai seorang perempuan (Suharto, 2005:6).
KEMBALI KE ARTIKEL