Keluhan yang disampaikan adalah sama kalau sekarang tidak mau lagi berenang karena takut kepalanya harus masuk ke kolam (ke air maksudnya) dan dia pernah punya pengalaman kurang mengenakkan pada waktu extra berenang. Jadi airnya terhirup ke hidung, masuk ke mata sangat perih jadinya dan air yang ke hidung membuat dia tidak bisa bernafas. Dan terbayang sakitnya waktu Aliya ceritakan peristiwa itu.
Dan syukurnya anakku akhirnya bisa menceritakan peristiwa yang tidak mengenakan itu meski dengan terisak dan setelah rentang waktu yang sudah lewat. Gak apa-apa nak.. pasti bunda bantu dan ada jalan keluar, jangan khawatir...
Tapi yang sungguh membuat perasaan ini agak tidak terima, adalah pada saat anak saya mengutarakan kekhawatiran nya (tidak ingin kepala masuk ke air).. kepada Guru berenangnya.. dan mendapat tanggapan.. yang ditangkap anak saya "sesuatu yang membuat hatinya tidak nyaman.." Adalah komentar yang seharusnya sang ibu guru bisa menggunakan bahasa yang menenangkan.. toh..disini tidak ada target bahwa anak harus bisa berenang.
Komentar yang diutarakan anak saya, bu guru bilang .. "kalau kepala tidak masuk ke air ya namanya tidak berenang.. " ya harus masuk..dan air nya jangan dihirup.. "harus berani mencoba" kalau tidak mencoba .. kapan bisanya.. teman-teman yang lain bisa kok.. (walahh ini guru atau apa sich...gemes juga)
Dari situ saya komunikasikan ke sekolah.. menghadap kepala sekolah merupakan langkah awal ..mengutarakan cara guru tadi dalam membimbing anak didiknya..
Langkah inti,.. mengembalikan harga diri anak saya, membuat nya kembali percaya diri dan kembali mau mencoba.. dan berusaha menghilangkan trauma nya.
Kadang, hal-hal kecil luput dari pengamatan kita.
Maafkan bunda nak..