menangis diam-diam, dalam tidur pura-pura
tak ada suara selain isak setipis angin
dan derik nafas berat dari dada tipismu
ah, bagaimana lagi aku yakinkanmu, mak?
aku lelah titipkan impian
pada batu-batu
pada roda-roda berkarat
pada tanah rengkah di balik bukit putih itu
pada tidur serupa lindur
apa salah jika kini kutitipkan impianku
pada tanah asing, ketika negeri ini
tak mampu beri kita apa-apa
bahkan, segenggam tanah kuburan gratis?
demi sebutir harap tersisa
izinkan kubawa langkah ke tanah rantau
wujudkan mimpi saat tidur dan jagaku
berimu lebih dari sekadar raskin
yang seperti olok-olok untuk kemiskinan kita
sangui saja aku dengan doamu sepenuh-sepenuh
tak akan lama, mak
aku akan sering berkirim kabar,
dan buah keringatku untuk emak
agar emak tak perlu lagi keliling cari pinjaman beras
atau mengikat perut dengan setagen
menahan lilitan perih
Palembang |150114|