Lantas, apakah kita harus membuang semua barang-barang yang memenuhi lemari atau bahkan rumah kita?
Fumio Sasaki, seorang penulis buku asal Jepang, membagikan pengalamannya ketika ia memutuskan untuk hidup minimalis. Dalam bukunya yang berjudul 'Goodbye Things', Sasaki menjelaskan bahwa hidup minimalis adalah ketika seseorang mengetahui hal-hal yang penting dan bernilai bagi dirinya sendiri dan mempertahankannya.
Tetapi, masih banyak orang yang salah kaprah. Hidup minimalis bukan berarti hidup dengan hanya membuang barang-barang yang dimiliki dan berlomba-lomba memiliki barang dengan jumlah yang paling sedikit. Marie Kondo pernah mengatakan, "If something truly gives you joy, you should keep it.".
Mungkin bagi beberapa orang yang sudah mengadopsi gaya hidup minimalis dalam kehidupan sehari-hari, nama Marie Kondo juga sudah tidak asing lagi. Beliau adalah seorang instruktur 'berbenah' terkenal dari Jepang dengan buku berjudul 'The Life Changing Magic of Tidying Up' yang sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Metode berbenah yang ia beri nama Metode KonMari ciptaannya berhasil mengubah hidup ribuan muridnya yang tersebar di seluruh dunia.
Banyak orang yang mengira, berbenah adalah pekerjaan yang mudah dan tidak memerlukan skill khusus. Berbenah sejatinya hanyalah kegiatan meletakkan barang-barang ke tempat semula. Tetapi, kenyataannya, banyak orang dengan berbagai latar belakang memiliki kesulitan untuk berbenah. Hal itu dikarenakan berbenah tidak hanya memerlukan skill untuk merapikan barang-barang, tapi juga membutuhkan ketekunan, kesadaran, dan erat kaitannya dengan pola pikir. Pasti, kita pernah berbenah dan tidak lama setelah itu, kamar menjadi berantakan lagi.
Marie Kondo menyebutkan kalau pola pikir adalah hal yang harus dibenahi di sini, dengan cara menerapkan teknik yang benar. Tidak hanya mempelajari cara mengorganisasi, memilah-milah, dan menata barang, tetapi pola pikir juga harus diperbaiki agar tercipta keteraturan dan terbentuk pribadi yang rapi.
Selamat mencoba!