Bumi pertiwi ini memang tidak pernah kehabisan pesona wisata, mulai dari wisata alam yang begitu mempesona hingga wisata-wisata yang terhitung sangat unik. Sungguh menyenangkan dan memberikan pengalaman yang berharga ketika bisa begitu dekat dengan alam dan makhluk hidup lainnya.
Beruntung saya pernah menjadi saksi proses pengeluaran telur dari seekor penyu betina di tengah malam di pesisir pantai Ujung Genteng. Pengalaman yang berkaitan dengan penyu tersebut menambah pengalaman saya untuk menyatu dengan alam ketika melakukan pelepasan sebuah kehidupan baru untuk bayi penyu di kepulauan Derawan.
Setelah memilih menempuh perjalanan ke kepulauan Karimun Jawa untuk merasakan sensasi adrenalin berenang bersama hiu, kali ini kota Kuningan menjadi destinasi berikutnya untuk melihat keunikan kolam Cibulan.
Kabarnya, kolam yang berlokasi sekitar tujuh kilometer dari kota Kuningan -sekitar 20 kilometer dari keluar pintu tol Cirebon- ini menyajikan sensasi adrenalin tersendiri. Dengan menumpang transportasi mobil Elf, kami pun tiba tepat di pinggir jalan tak jauh dari gerbang masuk. Seperti sudah diduga, kolam yang sangat unik ini masih jauh dari promosi atau sekedar papan petunjuk yang layak.
Setelah semakin mendekat, akhirnya saya baru mengetahui mengapa banyak pengunjung yang hanya melihat-lihat dari sisi kolam dan tidak langsung berenang. Seketika, saya dan @stefansantoso pun langsung takjub dan terkagum-kagum tidak percaya ketika mulai melihat satu demi satu ikan berwarna hitam berenang di dasar kolam, di kolam yang juga dipergunakan oleh pengunjung lainnya!
Tidak berapa lama, semakin banyak ikan-ikan yang dijuluki ikan Kancra Bodas atau ikan dewa ini terlihat berseliweran dibawah kaki para pengunjung. Tidak tanggung-tanggung, ukuran ikan ini pun bervariasi dari yang sekitar 30 cm hingga mencapai 1 meter!
Bayangkan, berenang di kolam dengan ratusan ikan-ikan “dewa” yang panjangnya bahkan bisa mencapai satu meter!
Tidak heran, itulah alasan mengapa mayoritas pengunjung hanya berani bermain di pinggir kolam sambil melihat-lihat puluhan ikan yang berseliweran di depan mata mereka. Di kolam utama dengan sisi kolam yang lebih dangkal, relatif lebih banyak dipenuhi anak-anak yang berenang menggunakan ban pelambung atapun anak-anak yang mencoba menaklukkan rasa takutnya dengan melangkah di dasar kolam.
Di kejauhan tampak kolamkedua yang lebih dalam berikut dengan papan untuk melompat dari ketinggian. Para pengunjung hanya terlihat ramai bermain air dari sisi kolamyang dikelilingi oleh pepohonan besar kaki gunung Ciremai ini.
Relatif tidak banyak yang berani berenang di kolam dengan kedalaman sekitar tiga meter ini. Maklum, dengan kedalaman yang terlihat begitu dalam, rasanya semakin menyeramkan berenang di kolam tersebut. Namun demikian, tetap saja masih ada anak-anak yang berani berlomba renang dan bermain bola air di kolam yang tampak dalam tersebut. Artinya, mereka juga berlomba renang bersama ikan-ikan dewa ini!
Tampaknya, saat ini bukan lagi ikan yang berenang di kolam renang manusia, tapi justru manusia yang berenang di kolam ikan!
Objek wisata di kaki gunung Ciremai ini konon merupakan objek wisata tertua di Kuningan. Kolam yang dipenuhi dengan ikan-ikan dewa yang berwarna hitam keabu-abuanini diresmikan di tahun 1939. Konon, ada cerita rakyat yang mengatakan bahwa ikan-ikan tersebut merupakan prajurit-prajurit yang dikutuk Prabu Siliwangi.
Berhati-hatilah karena kabarnya ikan-ikan tersebut sudah dikeramatkan oleh penduduk setempat, sehingga tak heran jika tidak ada yang berani mengambil ikan-ikan meskipun jumlahnya begitu banyak.
Tidak hanya sampai disitu, ada satu sudut kolam yang paling menarik perhatian. Di sudut kolam tersebut berkumpul puluhan ikan-ikan dewa. Yang bikin seru adalah karena ada satu petugas yang bersedia mengangkat satu ikan dengan tangannya dan dibawa keluar kolam untuk difoto bersama salah satu pengunjung. Tarifnya, sukarela!
Selama beberapa detik, ikan tersebut akan diangkat untuk difoto di pangkuan pengunjung. Kalau pengunjung tersebut masih membutuhkan tantangan selain menyentuh badan ikan, sang petugas juga bisa mengarahkan mulut ikan tersebut ke arah pipi kita. Persis ciuman ikan yang begitu terkenal di gelanggang Samudra Ancol.
Yang agak membedakan dengan dicium oleh lumba-lumba di gelanggang Samudra di Ancol yang hanya bersentuhan dengan ujung mulut lumba-lumba adalah ketika mulut ikan tersebut seperti mengemut pipi kita. Saya sendiri tidak mau melewatkan kesempatan ini. Alhasil , selain terasa sensasi yang berisi adrenalin, juga terasa sedikit geli ketika bibir ikan tersebut menempel dan mulai mengemut pipi saya.
“Like all great travellers, I have seen more than I remember, and remember more than I have seen.”