Kutai Kartanegara runtuh! Ambruknya jembatan paling spektakuler di Kalimantan ini sangat mengejutkan. Karena berita bencana ini justru tersiar secara luas di saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyelenggarakan pesta pernikahan. Bahkan presiden pun panik, dan langsung memerintahkan dua menterinya saat itu juga ke sana.
Sejujurnya, berita jembatan runtuh, meski bagai petir di siang bolong, tetapi tidak mengejutkan amat. Terutama bagi masyarakat Kalimantan Tengah. Karena jembatan ini runtuh, sudah menjadi kelaziman di daerah ini. Sudah menjadi kelaziman pula, berita seputar jembatan runtuh selalu dibumbui isu lain. Yaitu ketidakberesan dalam proses pembangunannya.
Jembatan ini adalah proyek mercusuar Bupati Kertanegara, Syaukani. Pada zamannya, Syaukani pun berkuasa bagai dewa. Barangsiapa berani mencerca, mencela, bahkan mengkritiknya, bisa celaka. Meski akhirnya dia menuai karma. Ia memetik hasil korupsi dengan cara menikmati hidup di penjara.
Jembatan ini tentu menjadi kenangan tersendiri bagi belasan wartawan dari Jakarta. Karena gara-gara hendak mengungkap kebobrokan proyek jembatan ini, pada tahun 2006 lalu mereka dipukuli preman, yang diduga suruhan Syaukani. Sebagian wartawan babak belur. Sebagian lainnya tunggang-langgang meninggalkan jembatan yang desainnya meniru jembatan Golden State di Kota San Fransisco AS ini.
Gejala tidak beres pada jembatan ini sudah ditengarai Februari 2011 lalu. Kala itu, jembatan sepanjang 710 meter yang melintas di Sungai Mahakam ini sudah mengalami pergeseran sekitar 15 cm ke arah dalam. Saat itu, masyarakat sudah khawatir, jembatan bakal ambruk. Namun, Kepala Dinas PU Kutai Kartanegara, Didi Ramyadi mengatakan, pergeseran itu masih dalam batas aman. Sehingga tidak mungkin ambruk.
Tetapi yang mengejutkan adalah pernyataan Menteri PU Djoko Kirmanto. Ia mengatakan, ambruknya jembatan ini merupakan peristiwa langka. “Ini peristiwa langka sebab jembatan baru berusia 10 tahun tetapi bisa runtuh. Jarang ada jembatan berusia 10 tahun bisa runtuh.”
Sungguh patut disesalkan ucapan itu keluar dari mulut Djoko. Ucapan itu bagai ungkapan “orang bebal tiak tahu jalan ke kota.” Dan Djoko seperti orang bebal yang tidak tahu dunia sekitarnya. Betapa tidak. Di Kalimantan, jembatan yang runtuh beberapa hari sebelum diresmikan pun ada. Jembatan Lungkuh Layang sepanjang 255 meter di Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas, Kalteng, adalah contohnya.
Sebelumnya, jembatan Barito Hulu di Desa Bahito, Kecamatan Murung, Kabupaten Murung Raya juga ambruk saat sedang digarap. Jembatan sepanjang 450 meter dengan lebar tujuh meter itu dibangun sejak 2003 dan menelanRp113 miliar.
Jelas bukan peristiwa langka. Sebaliknya, jembatan ambruk karena tidak beres dalam penggarapannya, merupakal kelaziman! Lazim salah urus. Lazim tidak ada pengawasan. Lazim tidak ada audit. Lazim tidak ada pelaku yang dipenjara.
Jembatan di pinggir Kota Tenggarong itu adalah kebanggaan, supremasi bahkan menjadi “kesombongan” Kutai Kartanegara. Jika kelak terbukti ada ketidakberesan dalam penggarapan proyek, logikanya kabupaten yang terkenal kaya raya itu pun ambruk.