Sebagaimana yang telah dibahas dalam artikel sebelumnya, bahwa pada awal mulanya bangsa Arab di Mekkah sangat memegang teguh ajaran yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS dan anaknya, Nabi Ismail AS. Ajaran ini sering kali disebut dengan ajaran yang
hanif, yaitu ajaran orang-orang yang lurus. Akan tetapi, dengan seiring bergulirnya waktu. Mereka perlahan-lahan mulai meninggalkan ajaran tersebut, mereka mulai meninggalkan ketauhidan mereka kepada Allah SWT dan mulai menyembah kepada berhala-berhala. Lama-kelamaan paganisme (penyembahan terhadap berhala) mulai menjadi kepercayaan mayoritas dan menyebar ke seluruh penjuru Mekkah bahkan Jazirah Arab. Masa-masa ini kemudian hari sering disebut sebagai masa
jahiliyah atau masa kebodohan. Pada dasarnya, masyarakat Arab pra-Islam telah menggunakan kata "Allah". Hal ini dapat diketahui melalui syair-syair yang ditulis pada masa itu di mana para penyair
jahiliyah telah menyebut kata "Allah". Kata ini juga ditemukan pada prasasti-prasasti yang tertulis di atas batu. Penggunaan nama seperti "Abdullah" yang berarti hamba Allah juga mengindikasikan bahwa masyarakat Arab sebelum datangnya Islam khususnya di kota Mekkah pada masa itu masih mempercayai keberadaan Allah SWT. Mereka sebenarnya meyakini bahwa Allah adalah pencipta yang menurunkan hujan, menghidupkan bumi, dan sebagai penguasa Ka'bah. Akan tetapi di satu sisi yang lain, mereka hanya mengingat Allah dalam keadaan yang mengancam jiwa seperti diterjang gelombang laut dan musibah lainnya. Setelah mereka merasa aman, maka mereka kembali kepada penyembahan berhala tersebut. Mereka meyakini adanya anak-anak Tuhan yang kemudian mereka manifestasikan ke dalam bentuk berhala dan sejenisnya. Bagi mereka berhala-berhala tersebut dapat menjadi perantara atau pemberi syafaat untuk memohon kepada Allah sebagai Tuhan Tertinggi. Mereka juga pada umumnya tidak percaya kepada hari kiamat dan juga tidak percaya akan adanya hari kebangkitan setelah kematian.
KEMBALI KE ARTIKEL