Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Apocalypse Episode 135)

9 Juni 2023   08:27 Diperbarui: 9 Juni 2023   08:35 114 4
Rani merasa ada hal yang sangat tak beres di sini. "Orion, hati-hati. Jangan terburu-buru menolong, mungkin berbahaya. Para penumpangnya... astaga, apakah mereka masih hidup?"

"Kurasa masih, Sayang. Aku bisa dengar lamat-lamat ada suara-suara manusia. Astaga, tidak, mereka adalah teman-teman sekompleks kita, rombongan go downtown Kenneth! Rekan perjalananmu, Rani!" Orion nyaris berseru saat mengarahkan senter ke pelat nomor polisi kendaraan yang terguling. "Bus Kompleks Delucas! Teman-teman! Kalian bisa mendengarku?"

Orion berusaha mencari celah, melihat ke bagian kabin kendaraan yang mesinnya masih menyala.

"To-to-tolong! Dokter Kenneth, di mana Anda?" ratapan takut dan panggilan pilu memenuhi udara.

"Astaga... kita mengalami kecelakaan! Dokter, Anda..."

"Teman-teman! Kalian tak apa-apa?" Orion lantang memanggil.

"Siapa, ada siapa di luar sana?"

"Bantuan tiba! Tolong, kami terjebak di sini!"

Beberapa penumpang yang selamat namun masih dalam keadaan shock berusaha keras untuk bertahan. Mereka dalam posisi tak menentu. Ada yang terjepit benda-benda di sekitarnya atau tubuh rekan-rekan mereka yang tak sadar.

"Apakah kalian terluka?" Orion mencoba untuk membuka pintu bus yang kini berada di posisi atas. Sedikit macet, tetapi masih berfungsi.

Beberapa penumpang yang masih sadarkan diri dan tak terluka berusaha keras merespon Orion. "Tuan Orion? Syukurlah!Ada beberapa orang yang tampaknya tak sadarkan diri termasuk dokter Kenneth!"

Hari mulai terang seiring fajar menyingsing. Matahari berpendar lemah, langit tampak pekat putih kelabu. Rani masih terus mengawasi dari kejauhan. Keadaan sekitar sejauh ini masih sangat sunyi dan aman-aman saja. Hanya mesin bus yang masih terus hidup. Tak ada percik atau genangan bensin di jalan, akan tetapi belum tentu berarti aman!

Orion berusaha berhati-hati menolong satu persatu penumpang yang selamat untuk keluar dari pintu. Beberapa tak apa-apa, beberapa terluka ringan, namun ada juga yang tak sadarkan diri dengan beberapa memar dan luka.

"Kenneth kelihatannya masih hidup, tetapi kondisinya lemah sekali!" Orion dengan susah payah akhirnya mengeluarkan Si Dokter. Si sopir sayangnya tak selamat, ia terjepit di antara setir bus dan kursinya. Satu-satunya korban jiwa!

"Astaga, apa yang terjadi?" Rani turun tangan memberikan bantuan kepada beberapa wanita yang belum lama berangkat dalam bus yang sama.

"Bus slip, sopir kami tak dapat menghentikan laju kendaraan. Kami tak tahu mengapa."

Rombongan yang selamat itu untuk beberapa saat berusaha duduk bersama menenangkan diri sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Dengan apapun yang mereka masih bisa selamatkan dari bus, sebisanya mereka merawat yang terluka termasuk Kenneth dan Leon.

"Kurasa kita harus meneruskan perjalanan pulang dengan berjalan kaki, secepatnya..." Orion dan Rani tahu pasti jika sangat berbahaya berada di alam terbuka terang benderang seperti ini, "kami tetap akan memimpin jalan di depan bermotor, duluan dengan Leon karena ia dalam kondisi paling lemah."

"Ide bagus," ujar seorang staf yang paling senior, "akan tetapi bagaimana dengan dokter Kenneth? Tadi ia sempat ditusuk oleh Leon dengan sebuah suntikan. Walau tadi kembali sadar, beliau juga jatuh pingsan lagi dan mungkin nyawanya takkan tertolong."

"Uh, dia..." Orion masih menaruh kekesalan pada pria yang menurutnya tidak tulus itu, "kurasa bagaimanapun Leon adalah prioritas utama kita. Pria ini, tadi kulihat langsung saat meninjau Lab Barn sendiri, merencanakan sesuatu yang mengerikan."

"Astaga. Benarkah itu? Jika terbukti, ia mungkin sebenarnya juga musuh dalam selimut. Lab Barn juga didirikan bukan hanya untuk penelitian Octagon, kami rasa."

"Kalian benar. Jika begitu, kalian berunding saja dulu bagaimana nasib dokter Kenneth. Aku dan Rani tidak ikut menentukan."

Rani belum begitu mengerti mengapa Orion tampak begitu gundah. "Ada apa, Sayang? Apakah terjadi sesuatu yang belum kuketahui di Kompleks Delucas? Ceritakan kepada kami semua!"

"Ya. Kacau. Belasan penjaga kompleks mati karena Edward Bennet mempermainkan listrik. Lalu sebagai 'hukuman', Rose mengeksekusinya..." Orion berusaha untuk berkata jujur dengan nada selembut mungkin, namun ada getar di sana, "Pendeta palsu itu telah mati! Lalu entah ada apa di Lab Barn! Kenneth menyembunyikan sesuatu. Dan kita harus segera kembali untuk menghabisinya!"

"Astaga, anggota keluarga kami juga ada yang bertugas di sana!" beberapa orang mulai meratap sedih dan menangis gundah. "Jika begitu, kami memilih untuk meninggalkan saja Kenneth di tempat ini!"

Orion tak mampu menolak keputusan yang diangguki hampir semua korban selamat itu. "Baik, mari kita jalan bersama-sama dalam iring-iringan, semoga tak begitu jauh lagi dari Kompleks dan kita bisa tiba sebelum tengah hari! Bertahanlah dan tetap waspada. Zombie mungkin jarang di area sepi ini, akan tetapi bisa saja muncul..."

Mengumpulkan segenap sisa tenaga, belasan orang itu perlahan meninggalkan bus dan tubuh Kenneth di pinggir jalan sunyi begitu saja.

***

Hari beranjak siang ketika Kenneth akhirnya sadarkan diri. "Uh, di mana aku? Si-si-sial..."

Pandangannya masih nanar karena berada di bawah pengaruh cairan antivirus. Ia hanya bisa melihat beberapa sosok kehitaman di kejauhan, terhuyung-huyung mendekat, semakin dekat...

"Tunggu! Si-si-siapa kalian?" 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun