Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Apocalypse Episode 133)

8 Juni 2023   09:17 Diperbarui: 8 Juni 2023   09:24 171 1
"Tidaaak, Leon!" Rani hanya bisa menjerit dalam rengkuhan Orion yang mencoba menahannya agar tidak berbuat nekat.

Bersamaan dengan terjatuhnya pemantik itu, panas yang ada langsung bersambut mesra dengan elemen gas yang mengambang di udara, segera melakukan reaksi kimiawi mereka. Letupan-letupan kecil sontak terjadi.

Orang-orang di sekitar Leon tersentak dan berusaha keras menjauh. "Api, kebakaran! Semua, ayo pergi sejauh mungkin!"

"Tinggalkan lokasi terkutuk ini!"

"Tidak, tunggu dulu! Masih ada orang-orang di dalam bangunan utama itu! Mereka tak tahu apa-apa, harus ikut diselamatkan!"

"Peduli apa? Mereka hanya para penyabotase. Mereka jahat. Untuk apa diselamatkan? Tak ada gunanya! Kita pergi saja!"

"Tapi..."

"Bodoh kalian semua! Tak ada guna berdebat! Tinggalkan saja anak bangsawan ingusan itu dan semua orang yang tak mampu menyelamatkan diri! Just run for your own life!" Sang pemimpin tampaknya sudah tak peduli lagi pada lokasi yang berharga ini, "Hurry up! Withdraw!"

Rombongan pria-pria survivor tunggang langgang meninggalkan lokasi, menyisakan jasad rekan mereka yang jadi korban tembakan Leon Delucas dan tentunya Leon sendiri yang masih tertawa-tawa histeris menyaksikan suksesnya api unggun yang ia 'ciptakan'. Begitu dekat dengan dirinya dan semakin besar saja!

"A ha ha ha ha! Tak ada satupun manusia yang akhirnya mendapatkan setetes bensinpun dari sini! Burn baby, burn!"

"Leon! Cepat lari dari sana! Ingat, ibumu menunggu di rumah!" Rani belum mau merelakan Leon mati konyol dan melakukan aksi bunuh diri...

"Untuk apa lagi aku hidup, Nona Rani?" Leon masih bertahan meskipun letup-letup semakin sering terdengar. "Tak ada gunanya lagi aku bertahan. Anda tak mau bersamaku!"

"Bagaimana jika kuberitahu hal sesungguhnya..." Rani tahu, apabila ia mengucapkan hal ini, Orion akan sangat tak setuju! Tapi ini darurat, maka ia paksakan saja apapun yang terlintas dalam hati, "apa yang tadi Orion ucapkan tidak benar-benar nyata! Ia mengatakan semua itu hanya agar kau maupun semua pria tak dikenal tak menggangguku saja! Aku bukan milik siapa-siapa, Leon!"

"Nona Rani?" Leon terperangah, "Is that true?"

"Ya, aku janji selepas kita dari sini akan memberimu kesempatan!" meski di bawah sorot mata tak senang Orion, Rani tetap menjalankan aksi daruratnya, "Segera bangkit dan lari ke arah kami, Leon, sekarang juga!"

Leon berdiri. Ia berusaha keras berlari secepatnya dan menjauh dari sana.

Akan tetapi...

Duarrrrrrr!

"Leon!"

Sebuah dentuman besar terjadi, sangat panas dan keras menulikan telinga. Leon terlempar jauh dan tinggi lalu terhempas ke tanah. Begitu pula Rani dan Orion, meski tak separah Leon!

"Tubuhku sakit sekali. A-a-apa itu tadi?"

"Kurasa sebuah backdraft, Rani. Tempat ini sangat berbahaya, akan segera meledak!"

"Tapi, Leon!" Dalam rasa sakitnya, Rani melihat tubuh Leon tertelungkup dengan wajahnya di atas aspal kasar, "Suamiku, cepat ke sana dan bantu dia. Apa yang tadi kukatakan kepadanya hanya agar ia mau menyelamatkan diri saja!"

"Aku tahu, oke, tapi ini semua demi dirimu!"

Orion berdoa sejenak, berusaha berdiri tegak dan segera menjemput Leon. Ia menemukan tubuh pemuda itu terkulai lemas. Darah segar mengalir di sekujur wajahnya. "Bertahanlah, Leon. Kita pulang!"

Berhasil mendapatkan tubuh Leon walau entah nyawanya masih bisa diselamatkan atau tidak, Orion bergegas kembali ke tempat Rani. Mereka bersama-sama berusaha keras untuk menuju sepeda motor Orion yang terparkir di kejauhan.

"Ayo, cepat! Kita berangkat... hang on, Leon! Bertahanlah, kita bisa selamat, kita akan segera pulang..." Rani mendudukkan pemuda itu di antara dirinya dan Orion. Ketiganya segera pergi tanpa ingin berpaling sedikitpun.

Ledakan-ledakan di pompa bensin semakin intens ibarat kawah gunung berapi. Para penyabotase yang mengurung diri tadinya sudah hendak keluar menyelamatkan diri, namun sekarang sudah sangat terlambat! Pintu keluar satu-satunya, walau sudah terbuka, kini terkurung lautan api.

"Tidaaaaak!"

Bagaikan menemukan neraka dalam film-film horor, puluhan jiwa itu terpaksa pasrah menerima takdir bahwa nyawa mereka harus berakhir malam ini. Bukan dimangsa para zombie maupun diberondong peluru para saingan survivor, melainkan habis dijilat api dari puluhan ribu liter bahan bakar yang mereka mati-matian kuasai dan pertahankan selama ini!

Hanya dalam beberapa menit setelah kepergian Orion bersama dua penumpangnya, pompa bensin itu sudah tinggal sejarah. Habis terbakar bersama letupan-letupan api maha panas yang masih terus terjadi seakan takkan pernah berhenti. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun