Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 125)

30 Mei 2023   15:27 Diperbarui: 30 Mei 2023   15:43 102 9
"Tidaaak!"

Jeritan spontan Rani itu gegara ia baru saja melihat ada sosok yang jatuh tertembak.

Bukan, bukan Leon Delucas, melainkan sesosok mayat hidup yang berlari muncul dari balik kegelapan hampir saja menyerang pemuda itu. Seseorang dari kelompok survivor penguasa pompa bensin baru saja membuat keputusan bijak sekaligus fatal!

Leon sendiri masih berdiri, bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Susah payah ia mencoba mencerna semuanya. Saat ia masih berjalan dengan gagah berani, tetiba Rani muncul, berusaha mencegahnya. Pemuda itu sadar keberadaannya telah diketahui semua orang, bahkan sempat berada di bawah bidikan senjata-senjata api dari tempat yang sedang ia datangi. Lalu...

"Leon, pergi dari sana sekarang juga!" Rani sedikit lagi akan tiba di titik yang sama dengan Leon.

Akan tetapi keduanya tak bisa langsung saling mendekat. Rani dan Leon terhalang sosok zombie bertubuh setengah membusuk yang jatuh tertembak dan kini terbaring sambil meronta-ronta kesakitan di atas aspal. Makhkluk itu tidak terkena headshot. Tangannya masih bisa menggapai-gapai.

"Watch those freaks!" Kenneth dan semua anggota go downtown serentak maju dan mulai menembak dengan senjata api apapun yang mereka miliki.

Begitu pula kelompok penyabotase pompa bensin. Mereka tak bersekutu tetapi kini harus sama-sama kompak menembaki mayat-mayat hidup yang berdatangan gegara suara-suara yang menandakan kehadiran manusia.

"Irit amunisi! Jangan tembak secara membabi buta!" titah Kenneth kepada semua anggota rombongannya.

"A-a-apa yang terjadi?" Rani juga melihat sekeliling sambil menyiagakan pentungannya.

Beberapa zombie dari arah yang sama berdatangan. Sebagian dari mereka bisa bergerak cepat.

Rani dan Leon berusaha berlari ke tempat yang tak menjadi sasaran tembakan. Rani tepat di belakang Leon yang bukannya berlari untuk berlindung pada kelompok Kenneth, melainkan tetap nekat beusaha mendekat ke pompa bensin!

"Apa yang kau lakukan, Leon? Bukankah kita tak mengenal orang-orang itu? Sebaiknya kita batalkan semua rencana kita lalu berusaha untuk kembali ke bus!"

"Tidak! Aku tak akan kembali ke kompleks setelah semua kita lakukan hingga sejauh ini!" seru Leon, "Semuanya akan jadi sia-sia belaka apabila kita tak kembali dengan bahan bakar yang kita butuhkan!"

"Tetapi nyawa kita semua sedang dalam bahaya!" Rani akhirnya berhasil juga mencengkeram lengan Leon. Namun pemuda itu malah menariknya untuk berjalan bersama-sama! "Hei, Leon, lepaskan aku! Kau menyakitiku!"

"Kita bersama-sama ke pompa bensin itu!" tetiba Leon mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya. Sepucuk pistol! Ditempelkannya ujung laras senjata api itu pada pelipis Rani.

Wanita muda itu terhenyak, "Hei, Leon, apa yang kau lakukan?"

"Dengar!" seru Leon di tengah-tengah tembak-menembak dan usaha para zombie untuk mendekat pada manusia calon-calon mangsa mereka, "Siapapun kalian, kami butuh bahan bakar untuk mengisi penuh semua jeriken yang kami bawa! Jika kalian menolak, nona manis ini akan kutembak!"

Kenneth juga sama sekali tak menyangka jika Rani akan menjadi sandera putra bos-nya sendiri! "Leon, jangan lakukan itu!"

"Bagaimanapun kita akan pulang dengan apa yang ibuku inginkan, Dokter! Semoga dengan apa yang kulakukan ini, akhirnya aku bisa diakui sebagai seorang pemuda dewasa dan bukan lagi anak ingusan!"

Mempergunakan Rani sebagai tameng sekaligus sandera, Leon menggiring gurunya lebih dekat lagi ke pompa bensin itu. Semua orang yang berada di sana turut merasa ngeri sekaligus miris dengan apa yang terjadi, namun tak mampu berbuat apa-apa. Pria-pria tak dikenal itu lebih terfokus untuk menembaki semua zombie yang berdatangan. Demikian pula rombongan go downtown yang juga semakin dekat ke destinasi semula mereka.

"Buka pagar blokiran kalian dan izinkan kami masuk, atau aku takkan segan-segan menyarangkan satu timah panas ke dalam kepala guruku ini!" desak Leon.

"Astaga, peluru kami tinggal sedikit, Dokter!" lapor salah seorang anggota kepada Kenneth, "Apa yang harus kami lakukan?"

"Keluarkan peluru-peluru berisi antivirus itu, gunakan sebagai ganti amunisi biasa!"

***

Sementara itu, ketegangan di pemakaman massal juga masih terjadi. Lady Rose diam-diam sudah menggenggam pistol magnumnya. Ia siap segera mengeluarkannya apabila Edward Bennet berani berceloteh sepatah katapun kepada Orion.

Tetiba di antara mereka semua seseorang hadir, "Tuan Orion! Saya berhasil menemukan orang-orang yang melakukan pemadaman mendadak di pembangkit tenaga listrik kita! Saya memberi mereka minum anggur hingga mereka mabuk dan akhirnya mereka mengakui semua perbuatan mereka! Pelaku sebenarnya, orang yang menyuruh mereka sudah saya ketahui!"

Orion terhenyak, "Benarkah? Syukurlah! Setelah ini, jangan biarkan ia lolos!"

"Tuan Westwood, apa-apaan ini?" gusar Lady Rose, terpaksa sekali lagi menunda rencananya.

"Pelakunya ada di sini, Milady!" Henry menunjuk Edward Bennet, "Orang ini yang telah melakukannya! Ia bukan seorang pendeta! Pendeta Chestertown yang sesungguhnya... sudah tiada!" 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun