Mereka tak pandang siapa dia, muda atau tua, miskin maupun kaya, selebriti atau bukan, laki-laki maupun perempuan. Di mana ada manusia, mereka akan datang mengerumuni entah si manusia atau apa yang mereka bawa dan miliki. Lalu mengambil kesempatan dari kelengahan manusia itu.
Namun Nyamuk dan Lalat tak pernah bisa akur. Mereka kerap kali membandingkan diri satu sama lain.
"Akulah yang paling hebat. Manusia selalu kalah melawanku!" Nyamuk buka suara, "Sudah lama sekali aku selalu saja menjadi penyebab aneka penyakit, mulai dari Malaria hingga DBD!"
"Kamu salah, Nyamuk!" Lalat tak mau kalah, "Aku selalu sukses jadi penyebab aneka penyakit perut pada manusia, dari diare hingga disentri. Mereka selalu lengah menjaga kebersihan. Lupa cuci tangan sebelum makan, lupa menutup makanan di atas meja makan. Lalu hinggaplah aku di atas makanan lezat mereka."
"Ah, itu belum seberapa. Manusia sudah mencari beragam cara untuk membasmiku. Tetap saja aku masih ada hingga saat ini."
Lalu keluarlah dari balik pintu rumah seorang anak laki-laki yang sehat dan ceria. Ia sedang asyik bermain game di gawainya. Tentu saja Si Anak Laki-laki tak memperhatikan keberadaaan Nyamuk dan Lalat. Ia membawa kudapan dan minuman yang tampak lezat, sepotong kue dan secangkir susu. Duduk santai di atas kursi teras setelah meletakkan makanan dan minuman, Anak Laki-laki melanjutkan permainannya dengan asyik.
"Nah itu dia, calon mangsaku!" Nyamuk ambil ancang-ancang.
"Eh, tunggu dulu. Dia milikku!" Lalat tak mau mengalah, "Aku mau hinggap di atas kuenya yang tampak lezat itu! Juga ke pinggir gelas susunya. Ia pasti akan sakit perut sesudahnya!"
"Aku ingin hinggap di atas kulitnya, kelihatannya ia lengah, tidak memakai lotion anti nyamuk! Besok pasti ia jatuh sakit karena kutularkan bibit penyakitku ini, hahahahaha!"
"Eh, aku duluan, Muk! Aku yang akan menang, karena akulah serangga yang paling kotor sedunia!"
"Enak saja, Lat! Akulah serangga yang paling Manusia benci, aku yang harus duluan, kau lihat saja dahulu apa yang sanggup kulakukan!"
Demikianlah kedua serangga itu terus bertengkar mengenai siapa dari mereka yang pertama kali berhak mendekati Anak Laki-laki itu. Sementara Anak Laki-laki terus bermain sambil sesekali menekan tombol pause dan menikmati kudapannya.
Waktu pun terus berlalu sementara Nyamuk dan Lalat masih asyik bertengkar. Tanpa terasa susu dan kue si Anak Laki-laki sudah habis.
"Kakak, sudah dulu mainnya, ayo masuk! Segera mandi, belajar! Ibu sudah menyiapkan makan malam yang lezat untukmu, Bapak dan Adik!"
"Baik, Bu!"
Lalu beranjaklah Anak Laki-laki itu. Nyamuk dan Lalat hanya bisa terdiam. Tak ada lagi yang sempat mereka lakukan. Calon mangsa mereka sudah berlalu, ibarat nasi sudah menjadi bubur.
Tamat.
Pesan moral: Jangan karena kita asyik memperdebatkan sesuatu, kesempatan di depan mata hilang terlewatkan.