Orion mengantarkan ibunya ke Lab Barn. Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan dan dinyatakan bersih dari gejala-gejala infeksi Octagon, Lady Magdalene diizinkan masuk ke main mansion. Bersama-sama Orion, mereka bertemu kembali dengan Lady Rosemary yang sudah menunggu di ruang tamu.
"Sahabatku, sungguh kejutan luar biasa! Akhirnya kau bisa juga berkunjung ke mari!" Rose hangat menyambut Mag, meskipun ia sedikit curiga atas kedatangan dadakan ini, tentu saja tak bisa keberatan.
"Ya, aku datang sendiri karena rindu kepadamu dan khawatir pada keadaan kalian semua. Juga karena keadaan di sekitar mansion Brighton di Chestertown tak lagi aman! Semoga kehadiranku di sini tak merepotkan kalian berdua!" Lady Mag berusaha untuk tetap bisa akrab dengan Rose. Ia masih belum lupa pada 'kebohongan pernikahan' yang Rose diam-diam lakukan, tetapi untuk sementara disimpannya semua dalam hati. Belum saatnya karena Orion juga belum ingin mengungkapkan semua kepada dunia! berkali-kali Mag meyakinkan diri jika ia masih bisa menerima Rose seperti dahulu.
"Tentu saja tidak, of course not! Aku bahkan sangat senang, karena saat ini kau selamat dan sehat, and don't forget, you're my mother-in-law as well!" Rose terkikih.
"Well, Ladies, kurasa kalian juga sangat merindukan kebersamaan satu sama lain, jadi aku mohon diri dulu!" Orion memanfaatkan kesempatan itu untuk pergi.
"Tunggu dulu, Orion! Kau mau ke mana? Tidakkah kau rindu padaku? Sudah beberapa lama kita tak berduaan saja!" Rose tak ingin jika suaminya sampai berkunjung ke kamp Edward Bennet.
"Aku... hanya ingin melihat apa yang sedang dikerjakan dokter Kenneth di laboratoriumnya! Tidakkah kau mau tahu apa rencananya agar ia bisa membantu dirimu menjalankan program kehamilan?"
Wajah Rose memerah, "Kau... benar-benar mau jika kelak kita... bisa punya anak lagi?" Ia tentu saja tak mau mengakui di hadapan Mag jika mereka belum pernah sungguh-sungguh bersama-sama selama menjadi suami istri. Mendengar kalimat Orion itu, Rose merasa sedikit 'ada harapan' atau angin segar bagi 'pernikahan mereka'.
Orion dengan luwesnya terus bersandiwara agar rencananya berjalan mulus, "Why not? Paling tidak, ada hal lain yang bisa doktermu itu lakukan selain meneliti zombie!"
Apalagi dengan kehadiran Mag, tentu saja Rose takkan berkata tidak boleh! "Ya, jika begitu, lakukan apa yang kau anggap perlu, Sayang! Oh ya, mungkin nanti malam akan kuadakan tim untuk turun ke Chestertown mencari pasokan bahan bakar. Kuharap ada yang bisa memimpin mereka!"
"Kau ingin aku yang turun tangan?" teringat jika pengalamannya beberapa jam yang lalu tak sepenuhnya menyenangkan, Orion tentu saja sebenarnya tak ingin kembali lagi.
"Hmm, aku belum tahu. Anyway, aku ingin jika ada seseorang yang bisa dipercaya mampu memimpin mereka. Nanti akan kupikirkan agar semua peraturan berjalan adil! Sekarang kau bisa pergi mengunjungi dokter Kenneth, Orionku Sayang! Jangan lama-lama, I still miss you very much!"
***
Sementara itu, Rani belum juga keluar lagi dari paviliunnya. Pengalamannya beberapa jam silam juga masih menggentarkan hati. Seumur hidup belum pernah dibayangkannya akan membunuh, meskipun yang ia petik nyawanya adalah orang-orang yang sudah tiada! Kejadian ini sungguh membuatnya takut.
Aku tak ingin jika harus memukulkan bet atau menembak siapapun lagi... Mungkin sebaiknya aku jadi guru yang baik saja dan tak main-main lagi ke kota untuk selamanya. Atau hingga pandemi Octagon-33 berakhir...
Pandemi kelihatannya tak akan cepat berakhir! Bahkan 'pengungsi dari gereja' - demikian kasak-kusuk dari orang-orang kompleks yang sempat Rani dengar - sudah semalaman menghuni kamp. Kamp misterius itu diam-diam mulai membuat Rani penasaran. Mengapa harus terpisah? Apakah hanya karena Rose tak ingin mereka menularkan virus Octagon semata-mata?
Aku ingin sekali melihat-lihat kamp itu. Meskipun dengar-dengar Lady Rose tak mengizinkan seorangpun anggota keluarganya mendekat sedikitpun. Aku bukan seorang Delucas, jadi tentunya takkan ada masalah!
Siang itu juga, Rani berjalan-jalan kaki seorang diri keluar dari paviliunnya. Ia tak berharap akan bertemu dengan Orion. Di dalam kompleks ini, mereka bukan siapa-siapa. Dengan sedih Rani harus belajar berpura-pura tegar hingga entah kapan lagi ada waktu bagi mereka untuk bisa bersama.
Kamp tamu rahasia bernama Edward Bennet yang menghebohkan itu kini sudah sangat dekat dengan jalan setapak sepi yang dilalui Rani.
"Hah, jejak apa itu?" Rani terkesiap, menemukan sebuah kejanggalan. Sebuah lubang di tanah berukuran sebesar tubuh manusia berada tak jauh dari pagar pembatas yang konon dialiri arus listrik. Dari dalamnya, jejak-jejak tanah masih cukup nyata 'tercetak' di atas rerumputan hijau. Ia spontan berjalan menelusurinya. Rani ingat, kalau tidak salah, ke mana jejak itu mengarah menuju ke...
"Garasi dan pintu keluar masuk rahasia Orion dan Leon?"