Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romance Thriller Apocalypse Episode 68)

10 Maret 2023   05:55 Diperbarui: 10 Maret 2023   06:48 166 10
Ah, ternyata hanya bunga tidur! Aku pasti terlalu lelah sekaligus berlebihan mengkhawatirkan Orion jadi terlelap dalam keadaan seperti ini, walau mimpiku tadi sangat menyenangkan!

Rani merasa kesal sendiri karena mimpi basah terindah itu tak sampai selesai, namun bersyukur bahwa Orion tak benar-benar sudah melarikan diri dari ruang isolasi.  Jika suaminya terlalu nekad melakukan itu, bisa-bisa ia akan mendapatkan sanksi berat dari 'istri pertama'-nya sendiri! Rani sangat cemburu jika mengingat-ingat apapun tentang Rosemary, yang notabene masih majikannya sendiri. Sayangnya, ia tak bisa berbuat apa-apa. Mungkin ia masih harus berbagi tubuh dan perhatian Orion. Satu hal yang ia yakini, cinta dan hati Orion hanya untuknya.

Huh, sudah pagi lagi. Hari ini aku harus pergi berkuda dengan Leon! Anak itu belakangan ini mulai menakutkanku. Tetapi ia hanya seorang remaja yang hampir berusia 18 tahun, mengapa aku harus ikut-ikutan khawatir? Rani merasa geli sendiri, apalagi kelihatan jelas jika Leon 'menginginkan' dirinya. Namun, Rani yakin sekali jika tak mungkin Rose akan memberi lampu hijau kepada putranya ini. Orion juga pasti akan sangat cemburu (walau tak mungkin bertindak apa-apa terhadap putra sambungnya!)

Baiklah, bersiap-siap untuk sarapan di dapur pegawai saja, aku tak ingin makan di ruang makan atau pantry main mansion. Aku tak ingin teman-teman pegawai menganggapku sombong atau menjauh dari mereka! Lagipula, di sana tak ada Orion. Aku ingin tahu bagaimana kabarnya, namun baterai ponselnya mungkin sudah habis! Bagaimana caranya aku bisa menyelundup masuk ke dalam area Lab Barn dan mencari tahu bagaimana keadaannya?

***

Sementara itu, dokter Kenneth hanya tidur sebentar dan bangun pagi-pagi sekali. Ia sangat bersemangat untuk segera menjenguk Lab Barn. Sebenarnya tugas utamanya di sini bukan hanya masalah kesehatan dan penelitian saja, melainkan untuk mengawasi Maharani. Namun untuk saat ini ia malah asyik terlarut memantau perkembangan dan penelitian virus baru Octagon-33.

Everlondon sudah melakukan lockdown total dan entah bagaimana nasib semua penduduknya. Sementara korban yang sudah mengalami reanimasi atau disebut juga zombie kini tersebar acak di seluruh Everopa. Dokter Kenneth, sebagai seorang manusia biasa, sebenarnya sangat khawatir. Masa pandemi besar Hexa -19 sudah pernah ia alami dan perlu bertahun-tahun bagi dunia Ever untuk pulih. Octagon-33? Kali ini ia harus berusaha keras membantu menemukan solusi dan juga vaksinnya!

"Bagaimana kondisi pasien Russell?" Kenneth bertanya kepada stafnya saat memasuki ruang utama Lab Barn.

"Maaf, Dokter. Kabar buruk! Semakin menurun. Kami rasa sebentar lagi ia akan lewat lalu berubah menjadi korban alias zombie berikutnya. Tak ada yang bisa kita lakukan!"

Kenneth terpekur, antara prihatin namun juga merasa girang dalam hati walau hal itu tak etis untuk ia ekspresikan. "Kita ke sana sekarang dan mencoba memberikan pertolongan darurat! Setidaknya ia akan berjasa besar, menjadi pahlawan kemanusiaan! Bagaimana dengan Tuan Orion Delucas?"

"Beliau baik-baik saja. Kami sudah mengantarkan sarapan paginya. Kondisinya sangat sehat, dan kami rasa ia boleh segera keluar dari sini!"

Kenneth tersenyum, ia mengangguk senang, namun tak semudah itu bersyukur. Dalam hati ia malah ingin agar Orion lebih lama di dalam sana agar ia leluasa memantau pergerakan Rani. Ia belum sempat melakukan pendekatan dengan gadis itu. 'Tetapi sebentar lagi akan banyak waktu! Pandemi ini akan menyita lebih banyak masa di mana tak ada yang bisa bergerak kemana-mana. Saat itulah, aku bisa mendekati Maharani Cempaka! Ide yang menarik!'

Saat Kenneth dan staf-stafnya yang berbaju hazmat masuk, Russell masih terbaring lemah di ranjangnya, terbelenggu erat dan tak punya tenaga untuk menyentakkannya lagi. Ia tampak menderita sekali; sekujur tubuhnya penuh bilur biru seakan-akan pembuluh darahnya pecah akibat terkena belasan pukulan. Matanya semakin suram dan semangat hidupnya sudah jauh menurun.

"Mengapa kalian tak bunuh saja aku?" raungnya dengan sisa-sisa napasnya.

Kenneth memandangnya takzim, nyaris seperti terharu, "Maafkan kami, Tuan. Kami sudah mencoba semua metode pengobatan medis yang kami bisa, namun sepertinya Anda harus pasrah pada apa yang terjadi. Entah akan ada mujizat atau sebaliknya, bagaimanapun, kami akan sangat menghargai Anda sebagai pahlawan kemanusiaan! Nama Anda akan dikenang sebagai pelopor penelitian mengenai virus baru yang belum ada obat maupun vaksin pencegahnya!"

Russell sudah bosan menangis dan meminta agar ia mati saja. Sepertinya sebentar lagi malaikat maut akan menjemputnya. "Katakan kepada keluargaku di Chestertown jika mereka mencariku, aku mencintai mereka, maafkan semua dosa-dosaku dan kecerobohanku."

"Baiklah, Anda jangan khawatir, kami akan segera mengabari mereka dan menyampaikan semua kata-kata Anda."

Tetiba seluruh tubuh Russell mengejang bagaikan tersengat listrik ribuan volt, terguncang hebat dengan sendirinya. Matanya terbelalak. Dari mulut, hidung dan semua permukaan terbuka di tubuhnya keluar cairan berbau tak sedap.

"Tuan Russell!" Semua orang dalam ruangan itu hanya bisa menyaksikan tanpa mampu berbuat apa-apa. Tak lama, tubuh itu terhempas ke atas ranjang dan terdiam, namun matanya tak tertutup.

Kenneth maju, mengulurkan tangannya yang bersarung putih, "Rest in peace, Tuan Russell! Terima kasih atas semuanya! pengorbanan Anda takkan sia-sia!" ujarnya sambil menutup kelopak mata Russell dengan selembut mungkin.

"Bersihkan tubuh Tuan Russell! Lalu kembali belenggu. Kita tinggalkan ruangan ini dan tunggu apa yang terjadi!" Kenneth segera meninggalkan ruangan dengan sejuta perasaan berkecamuk dalam dirinya.

***

"Nona Maharani, aku mencarimu kemana-mana!" Lady Rosemary tetiba muncul di dapur staf kompleks Delucas, di mana Rani sedang menikmati roti dan susu yang disediakan untuk para pegawai.

"Selamat pagi, Lady Rose. Ada yang bisa kubantu?" Rani sedikit heran karena nyonya rumahnya ini terlihat sedikit lebih ramah dari biasanya.

"Ada. Pertama, pukul sepuluh, kau diajak Leon untuk berkuda dan piknik di lahan kami. Well, anak itu memang ada-ada saja idenya, tetapi kali ini kalian kuizinkan. Kedua, aku ingin minta tolong agar kau berbaju hazmat dan mengantarkan charger ponsel ini kepada suamiku di Lab Barn. Tadinya aku ingin menitipkan kepada dokter Kenneth, tetapi ia sudah lebih dahulu bertugas di sana."

"Eh..." Rani berusaha keras menyembunyikan keterkejutannya.

"Tak apa-apa, atau... kau takut digigit oleh dua korban Octagon yang sudah berada dalam ruang mayat?" tanya Rose setengah mengejek dengan mata menyipit.

"Oh, ti-ti-tidak! Aku tak takut. Baiklah, aku segera ke sana! Aku permisi, Milady!" Rani berusaha untuk tak terlihat senang, menerima benda dalam kotak kertas yang diserahkan Rose ke dalam tangannya.

Sepeninggal Rani, Rose tersenyum kecil, Kau sengaja kuutus ke sana untuk kuawasi dari ruang CCTV, siapa tahu ada interaksi yang aneh antara kalian. Orion memang 'berubah' semenjak ada Maharani di sini, untuk itu aku harus menjaga agar tak ada apa-apa yang spesial di antara mereka!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun