Bicara tentang pembaharuantak lepas dari kehebatan tokoh tokoh pembaharu nya, saat menulis tulisan ini saya teringat kepada sosok Wahid Hasyim, beliau mati muda saat bintang nya bersinar, dan sayangnya beliau belum sempat menuliskan pemikiran nya dalam sebuah buku, namun sepak terjang nya begitu menginspirasi. Tokoh penting dibalik kemerdekaan ini aktif bergerak dibidang pendidikan, banyak karya beliau yang luar biasa dengan pembaharuan nya, terutama untuk umat islam, berdirinyaUIN (Universitas Islam Negeri) disetiap daerah, adalah buah dari intuisi beliau. Begitupula semasa hidupnya beliau selalu melakukan gebrakan gebrakan, seperti pembaharuan kurikulum dalam pesantren yang memasukan mata pelajaran umum kedalam materi pembelajaran nya. Intinya, beliau adalah pembaharu pada masa itu.
Kaitannya dengan OSPEK (orientasi penerimaan mahasiswa baru), tentu tidak jauh dari pendidikan, yaitu sisi untuk “memanusiakan manusia” namun realita yang ada dilapangan. Kegiatan OSPEK yang ada, jauh dari nilai edukatif dan bernuansa perpeloncoan, sebenarnya menurut beberapa sumber yang saya dapatkan. Perpeloncoan adalah sebuah kultur feodal yang disemaikan oleh para penjajah pada masa VOC / Penjajahan belanda ketika mereka membuka sekolah belanda mereka mengizinkan pribumi masuk sekolah tersebut, tetapi harus melalui “fase penyambutan” yaitu mereka dipelonco dihina dan diperlakukan justru tidak manusiawi, bersyukur bagi kita yang saat ini dapat mengecap pendidikan secara layak, bahkan bisa keluar masuk ragamstudi sekenanya bila dirasa tidak pas.
Mahasiswa yang katanya “agent of change” tentunya harus lebih kritis dalam melaksanakan berbagai program atau kegiatan, sesuai dengan tujuan umum yaitu tri darma pendidikan (pendidikan, penelitian dn pengabdian). Komponen komponen tersebutlah yang akan menjadi fokus suatu ‘gerakan’ mahasiswa. Semestinya yang harus ditingkatkan dalam masa orientasi adalah ketiga komponen tersebut.sehingga akan memberikan pemikiran awal tentang bagaimana seharusnya bertindak dan berfikir.
Dewasa ini, faham turun temurun karena ‘kultur’ dalam beberapa aspek memang ada yang patut dipertahankan, namun adapula yang harus dihilangkan yaitu kesamaan konsep, misi boleh sama, tapi cara dalam mendidik nya tentu harus menyesuaikan dengan jaman nya. Seorang bijak pernah berkata “jangan didik anakmu seperti dirimu, karena dia tidak hidup di jamanmu”, maka tentunya kita harus lebih membuka diri kepada perubahan zaman yang ada.
Penulis sempat menjadi ketua pelaksana jurusan/program studi OSPEK tahun ini disebuah universitas swasta di bandung, penulis mencoba sedikit mengubah beberapa konsep yang sudah dianggap tidak layak karena bila esensi dan ‘modal’ yang dikeluarkan tidaklah sebanding. Ketika OSPEK sering ada makanan makanan yang disamarkan namanya, dan itu kami hilangkan karena hanya akan merepotkan orang tua, selain itu ketika peserta membawa makanan yang salah, panitia biasanya ada yang merampasnya, dan itu kami hilangkan, selain itu kaos kaki warna warni itu kami hilangkan, dalam tugas pun lebih banyak menugaskan membuat tulisan tentang diri sendiri, apa itu mahasiswa, dan harapan kuliah dalam berbagai bahasa, yaitu bahasa daerah, indonesia dan inggris. Dalam angan penulis muncul setitik harapan agar OSPEK ini bisa berubah, karena jaman hari ini telah berbeda. Masih ada nya sekdis (seksi disiplin) yang bertugas ‘mendisiplinkan’ dengan cara yang kurang baik, karena saat ini framemendisiplinkan masih dekat dengan bentak membentak, muka jutek dan galak. Tentu saja hal itu tidak benar, harus ada formula yang lain yang harus kita ciptakan agar mereka tetap disiplin tanpa harus melakukan hal yang ‘menyiksa’.
Masih dengan mimpi, suatu saat nanti saya ingin melihat OSPEK jurusan dimanapun adalah OSPEK yang selalu dihiasi oleh senyuman, keceriaan, persaudaraan dan kesadaran untuk bangkit, membuat indonesia lebih baik, kesadaran akan lingkungan dan kepekaan sosial. Kedepan nya penulis terinspirasi untuk membuat OSPEK yang green concept dan tanpa sekdis yang ‘feodal’, dan inspirasi itu saya dapatkan ketika mewawancarai seorang mahasiswa baru, dia berkata bahwa dalam OSPEK ini terlalu banyak plastik dan barang barang yang tidak ramah lingkungan dipakai, maka harusnya OSPEK ini diganti dengan barang yang ramah lingkungan.
Penulis yakin telah banyak yang melakukan pembaharuan pembaharuan dalam OSPEK nya di berbagai instansi, hal ini penting, karena OSPEK adalah gerbang bagi mereka untuk mengenal dan menilai kampus nya, mari bersama berikan kenyamanan untuk adik adik kita, generasi baru, cikal bakal pemimpin di masa depan dalam berbagai bidang yang wajib hukumnya untuk kita menjaga mimpi mimpi dan angan yang telah ada. Salam Pembaharuan!.
*picture diambil dari google