Dengan begitu, Ahok (dalam hati terdalam) akan sadar, bahwa di tengah situasi politik yang "ngeri-ngeri-sedap" ini, beliau menyadari, bahwa "tembok pun punya telinga". Dengan demikian, barangkali ke depan perlu dipikirkan mekanisme berkomunikasi yang aman.
Skenario menjadi Direktur Bulog, dengan catatan, Ahok terpental dari jabatan kursi DKI-1. Akan tetapi, sejauh ini, Jokowi masih menjadi pihak yang mendukung sepak-terjang Ahok. Sebaliknya --relatif-- hanya kepada Jokowi, Ahok mencantelkan link. Maklumlah, di Gerindra dia sudah mundur, masuk kandang banteng pun dipandang "asing" (maklum di politik ia memang berpindah-pindah parpol). Meski begitu, seperti kata Ruhut "si Poltak", "Mbak Mega 'sayang' sama Ahok."
Semoga, Ahok mendengar berita (yang saya yakin bukan lagi eksklusif, karena saya menerimanya dari tangah kesekian) ini. Kita berharap, Ahok tidak mengecewakan para pendukungnya, untuk terus memimpin Jakarta sampai masa jabatan selesai. Jika memungkinkan, seperti juga disarankan oleh Wapres JK, gaya berbicaranya diperlunak, sehingga lebih elegan, tanpa mengurangi unsur ketegasan. ***