Yang paling menarik lagi adalah, soal keikhlasan rakyat membayar pajak. Mengapa menarik? Di antara ketiga statemen yang terasa konyol, maka statemen terakhirlah yang kelihatan bodoh. Bodoh sebagai orang pajak, bodoh dalam pengertian diucapkan oleh seorang Direktur Jenderal Pajak, yang menanggung beban penerimaan pajak lebih dari seribu triliun.
Sejak zaman kuda gigit besi, tidak ada istilah orang ikhlas membayar pajak. Pajak itu sesuatu iuran yang wajib, bahka bersifat "bisa dipaksakan" kepada rakyat (wajib pajak). Istilah-istilahnya pun tidak ada bau-bau ikhlas: Surat Pemberitahuan, utang pajak, tunggakan pajak, pengemplang pajak, pembukuan ganda untuk menghindari pajak, dan sebagainya.
Miris saja, beban penerimaan negara yang begitu besar, disandang oleh pejabat yang (dilihat dari statemennya) tidak kapabel. Saya berani bertaruh, bahkan bertaruh dengan dirjen pajak Pak Sigit, dan berani bertaruh dengan 30-an ribu pegawai DJP, bahwa target pajak 2015 TIDAK AKAN TERCAPAI.
Mudah-mudahan saya salah. ***