Tidak...tidak...tidak. kehidupan manusia tidak semudah itu, seperti air yang mengalir dengan tenang hingga sampai di ujung laut. Tidak bagi kehidupan Mara. Seorang pemuda tanggung yang selalu diliputi dengan rasa ingin tahu nya tentang seisi dunia. Â
Dibalik tingkah kocak dan tengilnya, Kali ini Mara sedang memikul kegelisahan, kecemasan dan kekhawatiran yang amat tinggi.
Bagaimana tidak, tingkah lakunya tidak beraturan. Laksana perahu tua yang sedang berlayar ditengah samudra terombang-ambing kesana-kesini.
Diatas rumahnya, Mara menatap langit yang indah, Matahari yang hampir menyerupai jeruk keemasan tenggelam mengabarkan tugasnya sudah selesai. Burung-burung terbang dengan gagah menuju kesarangnya, bagaikan mainan di atas angkasa.
Suasana yang sepi, Tapi tidak bagi Mara, Yang dipenuhi dengan berbagai permasalahan yang dihadapinya. Mara ingin memperoleh kebahahiaaan, agar dirinya dapat berjalan dengan pelan meninggalkan perasaan-perasaan negatif yang hinggap akhir-akhir ini di kehidupannya.
Setalah menguras waktu yang lama. Mara berpikir, terbesitlah, bahwa Mara ingin menjadi orang kaya, karena dengan begitu, ia akan bahagia, bisa membeli apa yang ia mau.
"Besok saya harus bertemu dengan orang kaya, saya gali semua informasi darinya, agar saya tau kunci menjadi orang kaya," gumam hati Mara yang penuh dengan semangat api yang membara,".
"Hahahaha" Mara tertawa dengan lepas seperti tokoh antagonis yang merayakan kemenangan nya. Mara terbatuk, seekor lalat memasuki tenggorokanya.
"Ajiiik," kesal Mara.
***
Matahari terbangun mengganti tugas sang rembulan. Sinarnya tersenyum ceria menyapa Mara di pagi hari. Daun-daun menari-nari ditaman tepat berada dibelakang hunian Orang kaya.
Tubuh yang gemuk dan kumis tebal menggetar, menenteng kopi ditangannya, menghampiri Mara yang duduk di kursi taman dan menawarinya kopi.
"Makasih Pak," Mara tersenyum sopan.
Orang kaya :" terkadang hidup itu tidak seperti apa yang kita lihat," ucap orang kaya spontan, tidak ada pengantar obrolan.
Sambil hembuskan asap rokoknya kelangit-langit. Orang kaya kembali melanjutkan obrolan.
Orang kaya :"Kau lihat kopi ini,"
Mara :" iya pak keliatan ko,".
Orang kaya:"Jika kita perhatikan sekilas, kopi hitam ini seharusnya menyajikan rasa yang begitu pahit, karena warnanya itu sangat hitam, tapi apakah demikian"
Orang kaya mengangkat gelas itu kemulutnya, dan meminum nya dengan hati-hati.
Orang kaya:" Tidak Mar, justru kopi ini begitu manis, tidak seperti apa yang kita pikirkan, begitupun dengan kehidupan, terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita kehendaki,"
Mara mengangkat alis matanya, semakin penasaran dan menunggu kata demi kata yang keluar dari mulutnya.
Orang kaya :"Bukan hanya kamu ko," orang kaya itu menunjuk Mara, lalu melanjutkan pembicaraannya "puluhan orang, bahkan ratusan orang selalu membicarakan hal yang sama, bahwa mereka semua terobsesi ingin menjadi saya. bergelimpangan harta, bisa memiliki semua apa yang saya mau, apapun itu. Namun kamu perlu tahu Mar, justru aku tidak bahagia. Tidak seperti apa yang kamu kira," .
Mara kaget, Mara terheran-heran, bagaimana bisa orang ini yang berada dihadapannya yang mengenakan baju polos putih, dengan kacamata menggantung diatas hidung nya yang mancung, laksana mafia-mafia yang ada di film-film action, mengatakan bahwa dia tidak bahagia.
Mara bingung, apakah dirinya tidak salah dengar.
Mara :" Bagaimana mungkin Bapak tidak bahagia ? bukankah Bapak bisa mendapatkan segala apa yang Bapak mau! " kata Mara dengan tingkah konyolnya yang merasa kebingungan.
Orang kaya :" Kau memang benar Mar, tepat sekali, saya tidak memiliki hambatan, bahkan sekecil paku pun tidak nampak sebagai penghalang, tidak ada, jelas-jelas tidak ada, untuk membeli semua apa yang saya inginkan, tapi hal ini tidak menjamin bahwa saya bisa hidup bahagia Mar,".
Mara :" bentar...bentar pak, ini ada sedikit kejanggalan, Bapak punya mobil mewah, rumah pun megah, istri pun bisa saja nambah," Mara senyum, dan melanjutkan pembicaraanya. "Apakah hal ini tidak membuat anda bahagia ?"
Orang kaya :"Kekayaan tidak menjamin membuat saya bahagia, justru saya semakin cemas".
Mara :" Cemas ?".
Orang kaya :" Iya cemas" orang kaya itu meyakinkan. " saya cemas, bagaimana jadinya apabila suatu saat nanti, rumah saya dirampok, kebakaran dan yang lebih parah, saya mengalami  kebangkrutan,".
Kopi hitam semakin dingin, Obrolan makin memanas. Orang kaya kembali menghisap rokoknya yang mulai pendek.
Orang kaya:" jika saya harus memilih, justru saya akan bahagia apabila saya menjadi seorang pemimpin,"
Mara :" kenapa menjadi seorang pemimpin pak ?".
Orang kaya :" Apakah hal ini terdenger aneh ditelingamu anak muda, bukankah sudah seharusnya laki-laki itu menjadi seorang pemimpin,".
Mara :"Menjadi seorang pemimpin memang sudah seharusnya pak, tapi bukan itu yang ingin saya ketahui,"
Orang kaya:" Memang pemimpin seperti apa yang ingin anda ketahui anak muda,"
Mara :" Menjadi seorang pemimpin, akan mendatangkan kebahagiaan,"
Orang kaya :" Sudah pasti bakalan mendatangkan kebahagiaan nak,Hahaha," orang kaya itu tertawa dengan lepas. Â "Begini nak, kalau saya menjadi seorang pemimpin, saya memilki kuasa penuh untuk membuka usaha saya selebar-lebarnya, tanpa harus bertengkar dengan para pemimpin, Toh saya yang jadi pemimpinnya, iya kan ?"
Mara :" Iya sih, lalu letak kebahagiaannya ?" ucap Mara.
Orang kaya :"Saya memiliki kuasa untuk membangun perusahaan yang saya dirikan disetiap sudut-sudut kota, dengan begitu saya akan menjadi orang nomor satu terkaya sedunia".
Orang kaya itu tersenyum licik membayangkan keinginannya yang penuh dengan hasrat dan nafsu keinginan pribadinya.Â